Parasha
Parasha

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Mat 28 19-20)

Tanggal : 2019-03-24 || Sub Judul : Umat Tuhan harus bernilai 8, bukan 6 !

Parasha ini dibuka dengan Moshe memanggil Aharon pada hari ke delapan  (9:1). Aharon mempersiapkan  tugas-tugas imamat dalam 7 hari. Dan pada hari ke delapan Aharon dan anak-anaknya untuk memulai tugas baru sebagai imam bagi yang Maha Tinggi. Pembacaan Torah yang cermat merujuk bahwa hari ke delapan di sini juga merupakan hari ke delapan pada bulan Nisan. Torah mencatat Moshe mendirikan Kemah pada tanggal 1 Nisan (Kel 40:2). Dan pada hari yang sama ia menahbiskan keimaman.

Namun dalam Midrash Rabbah, para rabbi memberi penfsiran yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa peristiwa Kemah dipenuhi kabut yang mengakibatkan Moshe tak dapat masuk  ke dalam kemah (Kel 40:34-35) merupakan peristiwa yang sama dengan peristiwa yang dicatat dalam Imamat 9:23-24 yaitu ketika Moshe dan Aharon memasuki Kemah Suci. Akibatnya, bila kemah didirikan pada 1 Nisan (40:2) dan itu adalah hari ke delapan, maka para imam sudah bertugas sejak tanggal 23 bulan Adar.  Ini menyulitkan pemahaman kronologis peristiwa ini.

Mengapa hari ke delapan? Kita melihat dalam Torah ada pola hari ke delapan. Hari raya Pesakh dirayakan dalam 8 hari (1+7 hari). Hari raya Sukkot juga demikian (7+1 hari). Hari raya Shavuot dirayakan pada hari ke 50 yang merupakan juga hari ke 8 ( 7x7+1). Juga b’ritmilah (sunat) juga dilakukan pada hari ke delapan. Kalau begitu apa makna hari ke delapan?  Dalam sistem angka 1 s/d 7 maka angka 8 merupakan permulaan baru ( seperti posisi angka 1). Ini menandai awal pelayanan imamat bagi umat Israel.

Dari Torah kita melihat angka berbicara sesuatu. Angka 6 merupakan angka manusia yang diciptakan pada hari ke enam. Ini ditegaskan dalam kitab Wahyu sebagai angka 666 yang menyatakan kekuatan manusia yang melawan Mesias (Wah 13:18). Angka 7 merupakan angka kelengkapan. Elohim berhenti  dari penciptaan untuk menikmatinya pada hari ke 7 yaitu hari perhentian. Angka 8 merupakan awal baru dan mujizat untuk bekerja dengan kekuatan Adonai. Semua manusia mulai dari angka 6, angka kekuatan manusia. Namun kita sebagai orang percaya tidak tinggal pada angka 6, kita melangkah kepada posisi angka 7 yaitu perhentian Tuhan. Tiap Shabbat kita diingatkan akan hal ini. Namun masuk dalam perhentian Tuhan tidak berarti menganggur, sama seperti Bapa tetap bekerja demikian juga kita bekerja. Namun ada bedanya dengan posisi angka 6, kita maju ke posisi angka 8, bekerja dengan kekuatan Tuhan, mengalami mujizat dalam perkara besar dalam kerajaanNya.

Makanan Kosher
Mengapa ketetapan binatang tahor (bersih) atau tamei (tak bersih) muncul secara rinci dalam parasha ini? Karena saat ini sudah ada Kemah Suci dan korban yang dipersembahkan setiap hari dan harus memenuhi syarat tahor (bersih secara ritual).
Adonai memerintahkan agar para imam membedakan antara yang kudus (lbr kadosh)  dan yang cemar (Ibr Khol, profane), dan anatara yang tidak bersih (Ibr tamei) dan yang bersih (Ibr tahor) untuk diajarkan kepada anak-anak Israel (10:10). Tidak bersih secara lewi (levitical impurity) adalah keadaan seseorang atau benda yang menurut ketentuan Torah , tidak diperkenankan bersinggungan dengan Tempat Kudus dan kekudusannya. Ketidakbersihan secara lewi ini dapat ditularkan kepada satu sama lain, khususnya melalui bersentuhan dengan suatu kecemaran. Di samping itu Torah juga menyatakan beberapa binatang sebagai tidak bersih (tamei).

Konsep ‘bersih’ dan ‘tidak bersih’ ini tidak berhubungan  keadaan hygienis atau kotor. Terjemahan dari tidak bersih (tamei) ang lebih mendekati adalah ‘tidak sesuai untuk upacara’ (ceremonially unfit), yaitu tidak sesuai untuk bersentuhan dengan Tempat Kudus. Lawannya adalah bersih (tahor) yang lebih baik diterjemahkan sebagai ‘sesuai untuk upacara’ (ceremonially fit), yaitu keadaan yang sesuai untuk bersentuhan dengan Tempat Kudus.

‘Tidak sesuai untuk upacara’ bukanlah kondisi fisik, keadaan tidak sehat. Keadaan kena lumpur, kena jamur tidak membuat ’tidak sesuai untuk upacara’. ‘Sesuai untuk upacara’ tidak ada hubungan kena bakteri atau penyakit menular. Contoh, Torah tidak memerintahkan penderita tzaraat (‘kusta’) dikarantina karena menular, tzaraat dikarantina karena ‘tidak sesuai untuk upacara’ (tamei).

Torah menetapkan kriteria binatang yang berkaki empat yang dapat dimakan adalah yang memamah biak dan berkuku belah(11:2-3). Memamah biak tidak berkuku belah tidak boleh dimakan seperti unta, pelanduk, kelinci (11:4-6). Sebaliknya, berkuku belah tetapi tidak memamah biak tidak dimakan, misalnya babi.  

Elohim mengatur makanan manusia dengan  memberi perintah agar  manusia makan biji-bijian dan pohon buah-buahan. Sedangkan untuk segala binatang tumbuhan hijau (1:29-30).  Mengikuti perintah makanan, manusia akan hidup sehat. Namun, aturan makan dari Elohim juga bersifat rohani. Ketika Hawa melanggar perintah makanan, ia jatuh dalam dosa. Demikian juga Adam  (Kej 3:6-7). Makanan mengakibatkan kejatuhan manusia. Hal yan sama dengan Esav, hak kesulungannya hilang karena nafsu makan yang rendah.

Cara makan yang baik membuat umat Tuhan sehat. Kesehatan membuat dapat bekerja menjadi berkat bagi keluarga dan melayani dalam kerajaan Tuhan sehingga kehidupan kita berbuah lebat bagi kemuliaanNya.

Tanggal : 2019-03-31 || Sub Judul : Tuhan Menginginkan Kemurnian

Torah memisahkan keadaan bersih (tahor) dari tidak bersih (tamei). Imamat 11 berurusan dengan ketetapan tentang binatang bersih dan tidak bersih. Imamat 12-15 berbicara tentang keadaan bersih dan tidak bersih pada manusia. Ternyata, ketidakbersihan pada manusia dimulai dari saat kelahirannya,  melahirkan seorang anak menyebabkan seorang perempuan menjadi tidak bersih atau tidak murni (LAI/ILT najis). Mengapa? Seakan tidak masuk akal. Melahirkan anak disebut tamei tidak bersih? Bagi pembaca modern ini dapat dianggap sebagai pandangan barbar.
Sebagai definisi, ‘ketakmurnian upacara’ merupakan konsep  yang merujuk seseorang atau suatu objek dapat ada dalam keadaan yang tidak diperkenankan untuk bersentuhan dengan Tempat Kudus  termasuk korban dan makanan imam. Keadaan ini dapat ditularkan kepada orang lain melalui berbagai cara terutama melalui persentuhan dengan sumber ketakmurnian. Ketetapan kemurnian dan ketakmurnian tidak mempunyai relevansi praktis kecuali dalam hubungan dengan Tempat Kudus. Kitab Imamat memuat hukum kemurnian karena Tempat Kudus telah ditahbiskan.
Namun hukum kemurnian dan ketakmurnian ini tetap diingat dalam hubungan dengan disiplin rohani pribadi. Sebagai pembatasan (disclaimer), hukum ketakmurnian tak ada hubungan dengan kesehatan, nutrisi, kebersihan sanitasi, penyakit menular atau bakteri penyakit. Ketidakbersihan upacara bukanlah keadaan fisiologis. Juga bukan keadaan moral seseorang.  
Perlu ditambahkan, keadaan bersih bagi upacara (ritual purity) tak ada hubungan langsung dengan keadaan hati atau hati nurani seseorang. Seorang yang bersih secara upacara masih dapat mempunyai hati yang kurang bersih. Ini sebabnya Yeshua dalam pelayananNya lebih menekankan kemurnian hati daripada kemurnian upacara yang bersifat lahiriah. Sebaliknya, orang dalam keadaan tak murni secara upacara tetap dapat mempunyai hati yang baik. Ketakmurnian upacara bukan langsung berurusan dengan dosa, malu dan pelanggaran, rasa bersalah atau hukuman. Ketakmurnian muncul karena kematian dan kematian diakibatkan oleh dosa. Kita lihat ketakmurnian upacara tak langsung berhubungan dengan dosa.
Ketakmurnian dan Kematian.
Hukum kemurnian upacara berkaitan setidaknya dengan hal kematian dan pembusukan (corruption). Adonai Elohim adalah sumber kehidupan. Karenanya bayangan kematian sekali pun tidak boleh ada di Tempat KudusNya. Kecemaran jenazah, bangkai dan binatang pemakan bangkai semuanya terkait kematian. Menstruasi menyatakan berlalunya kehidupan (keluarnya sel-sel yang mati).
Sel-sel reproduksi  dan kelahiran bayi dari satu segi membawa kematian ke dunia.
Karena lebih lama perempuan akan meneruskan siklus kehidupan dan kematian.
Ia akan melahirkan bayi yang akan mati juga. Sebagai perbandingan periode tak murni bayi laki adalah 40 hari (7+33).
Adam dan Hawa mendatangkan kematian dan semua yang berhubungan dengan mereka juga terkait dengan kematian(Rom 5:12).
Kemurnian dan Bangsa-bangsa. Hukum kemurnian tidak unik hanya dalam Torah. Agama-agama timur mengenalnya. Hukum upacara memisahkan yang ilahi dari yang dapat binasa dan kecemaran rohani. Orang yang tak murni secara upacara dilarang memasuki tempat  suci. Ini terdapat pada kepercayaan Babilonia dan Mesir, bahkan pada pura di Bali. Bedanya, kemurnian terkait berhala erat dengan praktek magis serta roh-roh jahat. 
Ini tidak berarti Torah meniru hukum bersih dan tak bersih dari bangsa-bangsa. Memang ada sesuatu yang berlaku umum dari hulunya. Persembahan korban juga sudah dikenal bangsa-bangsa karena Adam sudah memulainya. Pengertian bersih dan tak bersih telah dikenal di zaman Noakh. Ketakmurnian upacara memisahkan manusia dari hadirat ilahi, memisahkan manusia dari Tempat Kudus di bumi. Sebaliknya, hukum kekudusan meningkatkan kesadaran akan hadirat Tuhan kepada tingkatan yang lebih tinggi.
Menurut halakha Yahudi 20 mitzvot lebih tentang ketakmurnian upacara  dalam Torah tidak berlaku bagi bangsa-bangsa. Alasan yang diberikan karena perintah ketakmurnian upacara dimulai dengan, “Katakan kepada anak-anak Israel” (12:2). Menurut halakha, bangsa-bangsa tidak terkena keadaan tak murni secara upacara. Namun ini tak berarti bangsa-bangsa kebal terhadap hukum ketakmurnian, khususnya bagi bangsa-bangsa yang hidup di lingkungan bangsa Israel. Sebagai contoh, bila ada tanda tzaraat pada jubah (orang  bangsa-bangsa) yang hidup di lingkungan Yahudi, maka ia harus diasingkan 7 hari lamanya (13:47-50).
Para rasul mengaitkan status kemurnian upacara bangsa-bangsa dengan mencelupkan mereka pada iman. Dalam Kisah Para Rasul, banyak bangsa-bangsa datang kepada Mesias dalam iman, pertanyaan yang segera muncul adalah apakah mereka dapat dipandang bersih secara ritual? Penglihatan Simon Kefa dan perjalanannya ke rumah Kornelius (Kis 10) mengundang pertanyaan yang bersifat halakhik.  
Sesudah Kefa melihat bangsa-bangsa menerima Ruakh Hakodesh, ia segera melakukan mikveh bagi mereka. Dari segi kemurnian ritual kita melihat hal ini paralel dengan pembasuhan diri orang kusta Israel yang ditahirkan (14:8-9). Mengakhiri keadaan tak murni untuk menjadi murni di hadapan Elohim.  Hal  membasuh tubuh ditegaskan lagi oleh Mesias dalam Amanat Agung untuk memuridkan bangsa-bangsa (Mat 28:20). Ini pun dapat dipandang sebagai terkait kemurnian ritual. Kemudian Mishnah juga menulis, “Tak ada yang dapat memasuki pelataran Bait Suci untuk ibadah, walau pun ia bersih, sampai ia membasuh dirinya” (m. Yoma 3:3).
Ketakmurnian dan Surat Rasuli
Secara rohani, Paulus memandang kehidupan dan tubuh  orang percaya dalam Yeshua menggambarkan Bait Suci karena Ruakh Elohim (padanan dari Shekinah) hidup di dalamnya (I Kor 3:16). Karena itu kehidupan bangsa-bangsa bukan Yahudi sekali pun perlu menerapkan disiplin rohani pribadi terkait dengan  perintah kemurnian. Paulus menulis kepada jemaat bangsa-bangsa di Korintus,” Sebab itu : Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu (II Kor 6:17).
Hal senada ditulisnya,  Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Elohim (II Kor 7:1)
Paulus memakai kiasan (metafora) ketika ian mengatakan, jangan menjamah apa yang najis’ dan ‘marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani’.  Jelas bangsa-bangsa pun perlu menerapkan prinsip kemurnian ritual dalam hidup kesehariannya. Hal ini mencakup pernikahan campur, pantangan dalam hubungan seksual dan pembasuhan diri sesudah bersentuhan dengan mayat, menjauhkan diri dari penyembahan berhala. Mengapa? Karena Adonai Elohim menghendaki umatNya hidup dalam kemurnian dan kekudusan seperti juga Ia murni dan kudus (Im 11:44-45).

Tanggal : 2019-04-07 || Sub Judul : Mesias menjadi Tak Murni agar Kita menjadi Murni

Parasha Metzora  (dari tzaraat) menjelaskan secara cukup rinci proses pentahiran keadaan tzaraat yang diterjemahkan sebagai kusta (14:2). Perlu ditegaskan bahwa tzaraat (kusta alkitabiah) tidak sama dengan penyakit Handson (kusta klinis). Sering terjadi kesalahpahaman karena tzaraat (Ibr) diterjemahkan menjadi lepra (Gr) yang kemudian menjadi leprosy (Ing). Dalam bahasa Inggris, ini disamakan dengan leprosy yang merujuk pada Handson disease. Tidak seperti kusta klinis, tzaraat alkitabiah dapat berada pada pakaian, kulit, bulu domba bahkan dinding rumah. Tzaraat melambangkan pembusukan dan kematian. Terpapar tzaraat dipandang sebagai sumber alias ‘biang’ ketakmurnian.
Bersentuhan dengan orang yang terpapar tzaraat atau berada di bawah satu atap dengan orang yang terpapar tzaraat dipandang mengalami ketakmurnian tingkat 1. Disamping tzaraat sumber pokok alias ‘biang’ ketakmurnian lainnya  adalah mayat orang mati. Berada di bawah satu atap dangan jenazah sudah dipandang ada dalam keadaan tak murni.
Di sini kita melihat bahwa faktor penyebab ketakmurnian dalam Alkitab itu luas. Pertama, tzaraat yang diakibatkan oleh dosa dengan ucapan lidah/mulut, lashon hara (ucapan jahat, gossip/fitnah). Kedua, mayat orang mati. Kematian diakibatkan oleh dosa. Ketiga, proses alamiah dalam tubuh wanita seperti siklus bulanan dan melahirkan yang tidak berarti dosa. Karena itu ketakmurnian secara umum tidak dapat serta merta disamakan dengan dosa, walaupun  dapat terkait dosa.
Pemulihan tzaraat menuntut ritual pembersihan yang rumit. Namun ritual tersebut bukanlah penyembuhan keadaan kusta seseorang. Malah sebelum ritual diselenggarakan imam  harus  memastikan  bahwa  gejala  kusta  tersebut  sudah  hilang  atau  berkurang (14:2-3).
Pemahaman tentang ketakmurnian pada kusta dan jenazah dalam torah diperlukan dalam membaca injil. Dalam Injil,  Yeshua menjamah orang kusta yang mengakibatkan dirinya menjadi tidak murni (Mark 1:41). Yeshua juga dijamah pada punca jubahnya oleh perempuan yang meleleh darah 12 tahun yang mengakibatkan Ia ada dalam keadaan tak murni tingkat-1 (Mark 5:25-34). Yeshua juga masuk ke rumah anak Yairus yang telah mati dan menjamah gadis yang telah mati itu dengan tangannya (Mark 5:21-24).  Semua ini menunjukkan sesuai  Torah,  dalam hidupnya Yeshua beberapa kali berada dalam  keadaan tak murni.
Pertanyaannya, mungkinkah Yeshua berada dalam keadaan tak murni sesuai Torah? Ada yang menolak kemungkinan ini dengan mengatakan Ia telah membatalkan peraturan dalam kitab Imamat. Ini cara yang banyak diikuti oleh kekristenan pada umumnya.
Namun ini terjadi karena kurang memahami keadaan tak murni dalam Torah yang tidak sama dengan keadaan berdosa. Sebaliknya, menolak kemungkinan Yeshua dapat terkontaminasi keadaan tidak bersih  sesungguhnya sama dengan menolak aspek kemanusiaanNya.
Sesungguhnya Yeshua membiarkan dirinya terkontaminasi dalam rangka menolong orang yang menderita yang berada dalam keadaan tak murni. Dia menjamah orang kusta untuk menyembuhkannya.
Keadaan Mesias yang terkontaminasi oleh kusta sebenarnya sudah dinubuatkan khususnya oleh nabi Yesaya. Dalam Yesaya 53:4 tertulis,” Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah (nagua), dipukul dan ditindas Elohim” (Yes 53:4).
Kata ‘tulah’ berasal dari kata  nagua (a touch, pukulan) yang dalam konteks ayat  dalam bahasa Ibrani terkait dengan  kusta. Ayat ini merujuk keadaan Yeshua pada saat Ia disalib. Ia menggantikan kita dengan menjadi ‘kusta’ karena kita. Karenanya Bapa yang selalu bersamanya sekali pun meninggalkan dia. Ia mau menerima keadaan itu untuk menanggung penyakit kita agar kita  menjadi sembuh. Hal ini dilakukannya bahkan sejak Ia bersedia turun ke dalam dunia.
Ia mengenyampingkan kemuliaanNya  dengan menjadi manusia agar Ia dapat menebus manusia. Kelahirannya sebagai manusia membuat Ia bersentuhan langsung dengan ketakmurnian manusia dengan puncaknya di salib, Abba meninggalkan dia.
Ia menjadi tak murni secara ritual supaya kita menjadi murni. Ia menjadi dapat mati ( fana)  supaya kita menjadi tidak mati ( kekal). Ia terkontaminasi oleh pembusukan mayat supaya kita menjadi hidup, tak mengalami pembusukan. Ia menjadi seperti kita, supaya kita menjadi seperti Dia!
Pemulihan
Paralel dengan prosedur pemulihan tzaraat dalam Torah yang diakhiri dengan pembasuhan (Im 14:8-9), mikveh (baptisan) merupakan proses pemurnian diri kita yang membuka akses untuk dapat menikmati  Hadirat Tuhan dengan meninggalkan keadaan  tzaraat rohani : Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Mesias, telah mengenakan Mesias (Gal 3:27). Jelas  mikveh (baptisan) yang dikenal Kristen bangsa-bangsa sekali pun berlandaskan Torah!

Tanggal : 2019-04-14 || Sub Judul : Makna Membuang Ragi dan Anak Domba Pesakh

 

                                                                                          Pesakh 1 - Menghitung Omer
                                                                                            (Keluaran 12:21 ~ 21:51)

                                                                         “Makna Membuang Ragi dan Anak Domba Pesakh”                       

Pesakh secara historis adalah  hari raya penebusan - Pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir karenanya bernuansa sukacita. Namun pada saat yang sama juga bernuansa khidmat bahkan sampai berurai  air mata karena penebusan kita dari perbudakan dosa harus dibayar dengan pengorbanan Mesias  sampai mati di kayu salib.

Rasul Paulus/Rabbi Shaul jelas memahami perintah Adonai Eohim dalam Torah ketika ia menghubungkan Pesakh pertama di Mesir dengan pengorbanan Mesias Yeshua/Yesus Kristus saat menulis surat kepada Jemaat Korintus.

1 Kor 5:7  Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias/Kristus.

1 Kor 5:8  Karena itu marilah kita merayakan perayaan  ,  bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.

Ragi sebagai  simbolisme dan kiasan

Rabbi Shaul (Rasul Paulus) memakai simbol Ragi yang dinyatakan dalam Torah dan dikenal baik oleh orang Yahudi sampai sekarang.  Ragi melambangkan dosa. Sifat ragi secara fisik  menggelembungkan mediumnya. Gejala ini oleh para rabbi dipahami secara rohani merujuk pada penggelembungan diri alias kesombongan dan keangkuhan yang membuahkan dosa di hadapan Tuhan. Umat Tuhan diminta merayakan Pesakh tanpa ragi keburukan dan kejahatan, menjauhkan diri dari dosa. Ini ditandai dengan makan roti tak beragi (Matzah) mulai Jamuan Pesakh selama 7 hari.

Setiap tahun menjelang hari raya Pesakh orang Yahudi membersihkan seluruh rumah dari unsur ragi termasuk makanan yang beragi (Bedikat khameitz). Pada tanggal 13 Nisan ibu rumah tangga akan menyembunyikan ragi di rumah di 10 pojok rumah. Lalu ia akan meminta suami dan anak-anak untuk mengmpulkannya. Suami dan anak-anak memakai lilin dan bulu ayam mencari dan mengumpulan semua ragi yang disembunyikan itu. Sesudah semua ragi ditemukan, semuanya dibungkus dengan kain dan dibakar keesokan harinya yaitu 14 Nisan jam 9 pagi di luar rumah. Bila ragi (yeast) itu jumlahnya banyak, menurut tradisi Yahudi itu dijual kepada bangsa-bangsa dengan harga murah (pada prakteknya ini disertai perjanjian akan dibeli kembali sesudah hari raya Pesakh dan Roti Tak Beragi  berlalu).

Kebiasaan orang Yahudi ini ternyata merupakan ‘bayangan’ yang merujuk kepada Mesias Yeshua. Ragi itu dibakar atau dijual kepada bangsa non Yahudi jam 9 pagi.  Sesuai Injil, Yeshua dipaku ke kayu salib pada tanggal 14 Nisan jam 9 pagi oleh tentara Romawi di luar tembok Bait Suci  (Mark 15:25).

Ia dipandang sebagai ‘ragi’ oleh penguasa kaum agama Yahudi. Dan ‘dijual’ yaitu diserahkan kepada orang Romawi oleh para imam Saduki (yang membelinya dari Yudas dengan harga 30 keping perak).

Kemudian  Ia di salibkan di luar perkemahan. Kain yang dipakai membungkus ragi dalam tradisi keluarga Yahudi meruju pada kain linen yang membungkus tubuh Yeshua sebelum ditempatkan di kubur. Sepuluh bagian ragi merujuk pada 10 pelanggaran terhadap Asara hadevarot (10 Firman/ Perintah). Kita yang melanggar tetapi dia yang menanggungnya bagi kita.

Anak Domba Pesakh sebagai kiasan (metafora)

“Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias”.

Gambar torah ini dipakai oleh Rav Shaul dan diterapkan kepada Yeshua. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias. Ini merupakan kiasan, bukan harfiah karena Yeshua jelas bukan anak domba berumur 1 tahun. Tetapi posisi Yeshua yang mati untuk menebus manusia dari perbudakan dosa merupakan metafora anak domba pesakh di tingkat rohani.

Yokhanan haMatbil melihat Yeshua dengan cara yang sama ketika ia berkata,  Lihatlah anak Domba Elohim yang menghapus  dunia (Yoh 1:29).

Paulus jelas memakai gambaran torah (Torah picture)  ANAK DOMBA PESAKH dalam kisah pembebasan Israel dari  Mesir  untuk menjelaskan fungsi kematian Yeshua di salib pada hari raya Pesakh , 14 Nisan Ibrani.

Mengapa Anak domba yang diperintahkan Tuhan? Kaum anti misionaris memakai  mengatakan karena domba adalah salah satu binatang yang disegani  dan dipandang dewa oleh orang Mesir. Ada sedikit kebenaran karena  Tuhan ingin menunjukkan kuasanya atas semua dewa  orang Mesir. Namun Argumen ini  bersifat satu sisi saja  karena anak domba berumur 1 tahun sebagai korban bakaran (olah)  juga dipakai sebagai persembahan di Bait Suci dalam pentahbisan imam (Im 9:3).

Alasan yang tepat adalah anak domba 1 tahun merupakan korban  untuk penebusan. Budak  harus dimerdekakan dengan membayar suatu harga kepada pemiliknya. Langkah memerdekaan budak dengan membayar suatu harga ini disebut PENEBUSAN (redemption, ga’al –Ibr; go’el - penebus). Dalam hal ini Penebusnya adalah YHVH ADONAI ELOHIM Tuhan Abraham-Ishak dan Yaakov. Dan Anak Domba Pesakh menjadi harga TEBUSANnya (ransom).

Yeshua memenuhi nubuat sebagai  ‘anak domba Pesakh’ dalam Keluaran 12:1-8 :

 (1) Anak domba Pesakh harus sudah dipilih dan berada di Yerusalem pada tanggal 10 Nisan (12:3).
      Yeshua memasuki Yerusalem dan dielu-elukan oleh penduduk Yerusalem pada tanggal 10 Nisan.

 (2) Anak domba itu jantan dan tidak bercela (12:5).
      Yeshua dihadapkan kepada penguasa Romawi Pilatus dan tidak didapati kesalahan apapun padanya (Yoh 18:38).

 (3) Anak Domba Pesakh harus dikurung sampai tanggal 14 Nisan dan disembelih pada jam 3 petang (12:6).
      Yeshua menyerahkan rohnya kepada Bapa pada jam 3 petang (Mat 27:46-50).

 (4) Anak domba Pesakh, tak satu tulang pun yang boleh dipatahkan. 
      Orang yang disalibkan  tulang kakinya dipatahkan, tetapi tak ada satu tulang pun  dari  Yeshua  yang dipatahkan (Yoh 19:36)

Yeshua memenuhi semua nubuat terkait Anak Domba Pesakh dalam Torah. Jamuan Seder Pesakh ini mengingatkan kita akan penggenapan nubuat Kitab Suci oleh Yeshua sebagai Penebus untuk memerdekakan kita dari perbudakan dosa.

Tanggal : 2019-04-21 || Sub Judul : Siapakah Anak Domba Pesakh ?

Pesakh VIII
(Ulangan 14:22 ~ 16:17)

Siapakah Anak Domba Pesakh?

Rasul Paulus/Rabbi Shaul jelas memahami perintah Adonai Eohim dalam Torah ketika ia menghubungkan Pesakh pertama di Mesir dengan pengorbanan Mesias Yeshua/Yesus Kristus saat menulis surat kepada Jemaat Korintus, Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias/Kristus (I Kor 5:7).

Rav Shaul Paulus memakai gaya kiasan / metafora untuk menunjukkan bahwa Yeshua memenuhi segala nubuat sebagai  ‘anak domba Pesakh’ dalam Keluaran 12 yang secara deskriptif dapat diuraikan sbb:
(1) Anak domba Pesakh harus sudah dipilih dan berada  di Yerusalem pada tanggal 10 Nisan (12:3).
      Yeshua memasuki Yerusalem dan dielu-elukan oleh penduduk Yerusalem pada tanggal 10 Nisan;
(2) Anak domba itu jantan dan tidak bercela (12:5).
     Yeshua dihadapkan kepada penguasa Romawi Pilatus dan tidak didapati kesalahan apapun padanya (Yoh 18:38);
(3) Anak Domba Pesakh harus dikurung sampai tanggal 14 Nisan dan disembelih pada jam 3 petang (12:6).
     Yeshua menyerahkan rohnya kepada Bapa pada jam 3 petang (Mat 27:46-50);
(4) Anak domba Pesakh, tak satu tulang pun  yang boleh dipatahkan. 
     Orang yang disalibkan  tulang kakinya dipatahkan, tetapi tak ada satu tulang pun  dari  Yeshua  yang dipatahkan (Yoh 19:36).

Namun pembuktian bahwa Yeshua adalah anak domba Pesakh dapat juga ditunjukkan  dengan cara lain, yaitu dengan memakai cara penafsiran  Pardes (P’shat– Remez– Drash- Sod) khususnya pada tingkat Remez dan Drash. Untuk itu mari kita melihat Keluaran 12:3 sbb :
Katakanlah kepada segenap jemaah Israel : Pada tanggal sepuluh bulan ini mereka mengambil seekor anak domba menurut  keluarga (veyikhu lahem ish seh leveit), seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga.

Jika diperhatikan dalam bahasa Ibrani,  seekor anak domba ditulis ish she yang bila diterjemahkan langsung menjadi ‘laki-laki anak domba’. Bagi penutur bahasa Ibrani ini merupakan susunan kata yang tidak biasa bahkan janggal. Ish artinya orang laki-laki, namun  dalam ayat di atas dihubungkan dengan anak domba  (binatang).  Hal ini mengundang pertanyaan sehingga muncullah berbagai  pemaknaan istilah ini.
Chazal (sage, orang bijak) yaitu para rabbi yang diakui mempunyai hikmat untuk menjelaskan Torah yang hidup antara abad –1 s/d abad 4 Masehi, menyatakan bahwa ungkapan ish seh  merujuk pada geulah (penebusan) Israel yang akan datang melalui  Mesias. Penebusan pertama dari perbudakan Mesir dilakukan oleh Moshe. Penebusan akhir akan dilakukan oleh Mesias dan karenanya  frasa ish seh—orang laki-laki anak domba merupakan nubuat  terhadapa Mesias. Ia adalah tzaddik gadol, yang besar. 

Mengambil bagian  pesakh (daging anak domba) tanpa orang benar tzaddik gadol itu tidak akan dapat  mendapatkan kepenuhan berkat Pesakh.  Di sisi lain, chazal juga mengatakan bahwa ish seh  berasal dari Hashem sendiri. Dalam penebusan pertama adalah Adonai sendiri yang membebaskan Israel.
Demikian juga pada penebusan terakhir, Hashem sendiri yang berperan. Dengan pemahaman ini,  ketika Yeshua datang pada Yohanan Hamatbil  dii kawasan sungai Yordan, Yohanes berkata,  "Lihatlah Anak domba Elohim, yang menghapus dosa dunia.” (Yoh 1:29). Yohanes menunjuk pada manusia Yeshua, namun ia mengatakan  Dia sebagai ‘Anak Domba Elohim’, Anak Domba yang berasal dari Elohim. Adalah Elohim sendiri yang memberikan ‘anak domba’ itu.  Ini pun searah dengan ungkapan Yohanes murid Yeshua, “Karena begitu besar kasih Elohim sehing diberikanNya anakNya yang tunggal…” (Yoh 3:16) untuk berfungsi sebagai anak domba yang dikorbankan  dalam bahasa kiasan (metafora).

Sesungguhnya ungkapan yang diucapkan Yohanes  sambil menunjuk kepada Yeshua searah dengan nubuat Moshe  ketika ia menulis ish seh—orang laki-laki anak domba ! (Kel 12:3). Dengan cara yang sama Rabbi Shaul Paulus menegaskan bahwa Anak Domba Pesakh kita adalah Mesias, Yeshua!
(1Kor 5: 7).

Kaum Yahudi Chasidic melihat  dari sudut lain, seh  (anak domba) juga menyatakan kedagingan (yetzer). Yetzer harus disembelih karena karena akan mengakibatkan dosa. Adalah Mesias yang akan membereskan yetzer hara (kedagingan yang jahat). Tetapi bagaimana caranya? Mesias menjadi ‘anak domba’ yang melambankan yetzer hara. Mesias tidak berdosa. Namun saat menanggung dosa, Ia terlihat  menjadi dosa agar yetzer hara disembelih. Dengan menerimanya sebagai  Mesias, maka kita orang berdosa menjadi mati terhadap dosa. Dia tak punya yetzer hara, mati karena yetzer hara kita. Kita yang penuh yetzer hara, dibebaskan dari yetzer hara melalui pengorbananNya. Prinsip ini disebut prinsip pertukaran di salib dan dikenal dalam kekristenan, namun prinsip ini berasal dari keyakinan orang Israel,  berasal dari Yudaisme.
Anak Domba Pesakh kita adalah Mesias berasal dari iman  yang dikenal di ligkungan  orang  Yahudi.

Tanggal : 2019-04-28 || Sub Judul : Hindari Menjadi Pelayan Yang Gagal Fungsi

Acharei Mot — Sesudah Kematian

(Im 16:1 s/d 18:30)

 

“Hindari menjadi Pelayan yang Gagal Fungsi”

 

        Kata Akaharei Mot (sesudah kematian) pada Imamat 16:1 jelas mengaiktan parasha ini dengan parasha Shemini yang memuat kematian imam Nadav dan Abihu, anak Imam Besar Aharon. Nadav dan Abihu ingin melayani Tuhan, namun dengan inisiatif sendiri mengambil api asing (esh zarah) dan membawanya ke dalam Kemah Pertemuan. Mereka mati ditempat dihukum Elohim. Mengapa demikian? Berbagai  alasan dikemukakan. Membawa persembahan sebelum waktu yang diperintahkan Adonai.  Minum anggur (alkohol) sebelum melayani  Tuhan. Memakai pakaian yang tak sesuai dengan perintah Tuhan yaitu  Imam Besar dan para imam diperintahkan memakai celana lenan. (Kel 28:42). Dan yang jelas juga tertulis, mereka membawa api asing ( esh zarah) ke dalam Kemah Suci. Mereka mengambil api yang lain, bukan dari sumber yang dikehendaki Tuhan. Jelas sekali kesalahan Nadav dan Abihu dari cara membaca P’shat (literal, hurufiah). Mereka pelayan gagal dalam berfungsi.

         Namun Torah dapat dilihat dari sudut lain juga. Para rabbi mempunyai 4 cara penafsiran yang disebut Pardes, yaitu P’shat (literal), Remez (Isyarat), Drash (Perspektif luas) dan Sod (Rahasia). Dengan cara penafsiran Sod, nilai gematria huruf Ibrani esh zarah sama dengan 613. Dan 613 itu merupakan jumlah perintah (mitzvot) dalam Torah! Tetapi bagaimana api asing disejajarkan dengan 613 perintah dalam Torah? Sulit diterima bila orang berpikir secara linear. Tetapi dengan cara berpikir siklis (paradoks), hal ini dipahami bahwa Nadav dan Abihu mempunyai maksud yang baik tetapi tidak mempersiapkan diri untuk melakukan maksud tersebut dengan layak.

        Mereka ingin Kemuliaan (kavod) dan Penebusan (geulah) Adonai terus berada di tengah bangsa Israel. Tetapi mereka tidak siap, mereka mengabaikan perintah dan kekudusan Adonai sehingga mereka harus  membayar mahal dengan kematian. Mereka ingin kekudusan dan keselamatan nasional bagi bangsa Israel tetapi mereka mengabaikan keadaan mereka sendiri yang belum memiliki kekudusan dan keselamatan pribadi. Mereka punya angan-angan dipakai Tuhan, tetapi belum pernah mempersiapkan diri secara pribadi dan ingin langsung ‘dipakai’ dengan hebat di depan banyak orang. Tuhan tidak hanya melihat maksud ‘baik’ tetapi juga bagaimana persiapan dan kesiapan hati untuk melakukan maksud baik tersebut. Betapa hal ini menjadi pelajaran bagi setiap kita yang berpikir ingin ‘dipakai’ dengan dahsyat oleh Tuhan. Seorang dapat  merasa mempunyai pengetahuan yang tinggi tetapi sesungguhnya pengetahuannya itu tanpa fondasi yang kuat. Atau merasa ingin memimpin orang  lain dalam kerohanian namun kondisi sebenarnya ia masih kanak-kanak rohani. Karenanya pelayanan Tuhan harus dipersiapkan dengan baik dalam kekudusanNya. Selanjut Adonai menjelaskan aturan kekudusan yang luas dalam parasha Kedoshim.

Dengan latar belakang kasus Nadav dan Abihu, kita lebih mudah memahami  mengapa Tuhan memerintahkan Aharon, Imam Besar membawa korban penghapus dosa (khatat) bagi dirinya sendiri dan bagi keluarganya (Im 16:6). Searah dengan hal ini, Rav Shaul juga mengarahkan agar Penilik Jemaat (Gr episkopos) dan Penatua (Gr presbiterous) merupakan kepala keluarga yang baik  dan bukan orang yang baru bertobat ( I Tim 3:1-6; Titus 1:5-9).

        Sesudah itu, barulah Imam Besar mempersembahkan korban bagi seluruh bangsa Israel agar ada Penebusan dan Keampunan serta Keselamatan bagi seluruh bangsa (national salvation). Ia harus mengambil dua ekor kambing jantan, membuang undi untuk menetapkan mana kambing Khatat yang disembelih dan mana kambing Azazel yang didorong ke padang gurun agar mati di sana sesudah seluruh dosa Israel diletakkan di atas kepalanya.  Secara hurufiah ini dilakukan pada hari raya Yom Kippur. Tetapi dalam perspektif zaman (drash) korban yang dibawa Imam Besar dalam Imamat 16 ini merupakan nubuat akan imamat Malkizedek yang dijalankan oleh Yeshua Hamashiakh  di sorga , membawa darah korban yang adalah darahNya sendiri seperti yang tertulis dalam Ibrani 9:11-15. Imamat Aharon di bumi merupakan ‘alat peraga’ dari Imamat Malkizedek di hadapan Bapa Surgawii ( Kel 25:40; Ibr8:5). Kita dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh Yeshua di sorga dengan melihat Imamat Aharon di bumi.  Sama seperti Yeshua Imam Besar kita melakukan tugas Penebusan bagi umat manusia dalam kekudusan, demikian kita mempersiapkan diri untuk dipakai oleh Adonai dalam kekudusan yang ditetapkanNya.

Tanggal : 2019-05-05 || Sub Judul : Dikuduskan Oleh Iman Kepada Mesias & Perintah Elohim

Parasha Kedoshim—Kekudusan
(Im 19:1—20:27)

Di kuduskan oleh Iman Kepada Mesias dan Perintah Elohim

           Adonai berfirman kepada Jemaat Kesaksian Israel (kol adat Israel) dengan mengatakan, Jadilah kudus–kedoshim (kudus, jamak) karena Aku kudus- Ani kadosh (19:2). Jelas sekali terlihat bahwa suatu Jemaat disebut Kesaksian bila Jemaat itu hidup dalam kekudusan. Perhatikan bentuk yang dipakai adalah kedoshim (jamak) yang merujuk pada berbagai kekudusan. Jelas kekudusan memiliki banyak aspek dari sesembahan yang benar, hari raya bahkan sampai isi perut alias makanan sehari-hari.

          Kasosh (kudus) berarti terpisah. Bagaimana menjadi kudus? Kita menjadi kudus melalui pengudusan (kideshanu, sanctification). Sesuatu menjadi kudus bila dipisahkan dari lainnya oleh pihak tertentu. Contoh, dalam pekan penciptaan Kejadian 2:3  disebutkan bahwa Elohim menguduskan hari Shabbat, memisahkan hari ke-7 dari enam hari lainnya. Hari ke-7 sesungguhnya tak punya sifat-sifat yang lain dari  hari lainnya. Sejak hari keempat Matahari bersinar pada siang hari dan bulan pada malam hari, setiap hari termasuk hari Shabbat, tak ada perbedaan. Yang berbeda ialah Elohim berhenti pada hari ke-7 dan kemurnian menyatakan hari ke-7 itu kudus atau terpisah. Jadi kekudusan itu didapat karena Elohim menyatakannya sebagai kudus. Manusia tak dapat menguduskan diri sendiri, adalah Elohim yang menguduskan manusia.

        Untuk memisahkan antara yang kudus dan yang tidak kudus atau yang cemar, Tuhan membuat garis demarkasi (garis batas) antara yang kudus dan yang cemar. Contoh dalam dimensi waktu, hari Shabbat dalam keluarga  dimulai dengan tanda Jamuan Erev Shabbat dan diakhiri dengan tanda Havdalah.  Demikan juga dalam dimensi spasial, seseorang masuk dan keluar kawasan kudus dengan melewati  tanda Gerbang Kemah/Bait  Suci.

Dikuduskan oleh Perintah atau oleh Iman kepada Mesias?

        Israel sebagai umat yang memegang Torah memahami  bahwa seseorang menjadi kudus karena melakukan apa yang diperintahkan Elohim kepada   umatNya. Ini tercermin dari ucapan berkat dalam melakukan apapun dengan mengatakan, “Diberkatilah Adonai Raja sekalian alam yang telah menguduskan kami oleh perintah-perintah Nya dan memerintahkan kami untuk ....”. Ini tentu benar karena dengan perintah-perintahNya (mitzvot) umat Nya menjadi terpisah dari umat lain yang menyembah berhala.

        Di pihak lain, ketika orang percaya bangsa-bangsa mempelajari surat rasuli, kita membaca bahwa orang percaya  (Yahudi dan bangsa-bangsa) dikuduskan oleh iman kepada Mesias (Kis 26:18); oleh korban Mesias( Ibr 10:10,14); oleh darah Mesias  (Ibr 10:29); dan oleh Ruakh Hakodesh (Rom 15:16). Tentu semuanya ini benar, kita tidak dikuduskan oleh diri kita sendiri tetapi oleh Bapa Surgawi melalui MesiasNya.

      Pertanyaannya, sesudah dikuduskan oleh iman pada Mesias, oleh darah Mesias dan oleh Ruakh Hakodesh; apakah kita perlu melakukan perintah-perintah Adonai Elohim lagi? Terhadap pertanyaan ini sikap orang percaya bangsa-bangsa terbelah, sebagian mengatakan tak perlu dengan  berbagai alasan ‘teologis’ yang

Sebagaian lain mengatakan perlu dilakukan karena kita sebagai umat yang ditempelkan kepada pohon sejati  Israel, kita sedikit banyaknya mempunyai berbagai kesamaan dalam gaya hidup termasuk dalam mentaati perintah-perintah (mitzvot) Adonai. Ini berarti, kita dikuduskan baik oleh iman dan darah Mesias tetapi juga oleh perintah Elohim.   Ini merupakan pandangan teologis Mesianik.

         Tetapi bagaimana menyelaraskan ketaatan kepada perintah Elohim dan Iman kepada Mesias dan mendapat curahan Ruakh ? Pertama, keselarasan iman dan ketaatan pada perintah. Iman yang hidup akan bertindak. Tindakan iman itu tidak bisa lain dari mentaati kehendak Tuhan yang tertuang dalam perintah-perintahNya. Tindakan iman yang berlawanan dengan perintah tentu tidak dapat diterima karena iman datang dari pendengaran dan pendengaran atas Firman Mesias ( Rom 10:17) yang tentu termasuk perintah-perintah Bapa Surgawi karena Yeshua hanya mengajarkan apa Ia dengan dari Bapa (Yoh 8:28).

        Kedua, bagaimana hubungan pencurahan Ruakh Hakodesh dengan ketaatan terhadap perintah?  Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku (Ibr khukim) dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku (Ibr mitzvot) dan melakukannya ( Yehez 36:27). Jelas Ruakh diberikan agar umat yang menerimaNya melakukan perintah-perintah Elohim dan bukan malah mengabaikannya!

          Hal ini menjadi perhatian ketika Kristen bangsa-bangsa yang sudah percaya Yeshua sebagai Mesias merasa melakukan perintah tidaklah penting karena telah ‘mengenal’ sang Raja! Ini meletakkan diri sebagai anak manja. Tetapi kita sebagai umat Mesianik yang sudah ‘mengenal’ Mesias sang Raja dengan merayakan tiap Shabbat dan hari-hari raya yang diperintahkan tetap ingin melakukan perintah-perintahNya agar memiliki dimensi  kekudusan yng lengkap, pengudusan secara prinsip yang mulai dari Mesias  Yeshua  dan dilanjutkan dengan tindakan ketaatan terhadap perintah secara operasional dalam tataran pribadi!

 

 

 

Tanggal : 2019-05-12 || Sub Judul : Kekudusan Nama Tuhan (Ibr Kiddus Hashem)

Parasha  EMOR – berbicaralah

(Im 21:1 –24:23)

 

 Kekudusan Nama Tuhan (Ibr Kiddush Hashem)

 

Janganlah melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus, supaya Aku dikuduskan di tengah-tengah orang Israel, sebab Akulah YHVH, yang menguduskan kamu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya Aku menjadi Elohimmu; Akulah YHVH." (Im 22:32-33).
       Ayat ini menandai akhir dari bagian pengajaran tentang kekudusan yg dimulai dari parasha Kedoshim (Im 19-20). Kekudusan ada dalam segala segi kehidupan, baik bagi umat secara umum maupun bagi imam-imam (kohanim). Segi kehidupan yg dimaksud adalah keluarga, kehidupan seks, pekerjaan dan pertanian, hubungan antar pribadi, hubungan antara yang kaya dan miskin, orang yang memberi piutang dan orang yg berhutang, pembeli dan penjual, hubungan antara manusia & tumbuhan & binatang, hubungan dengan Pencipta dan kekudusan pelayanan di Bait Suci. Semuanya ini agar Israel (umat tebusan) mencapai tujuan hidup mereka, menjadi kudus (Ibr kadosh, terpisah dari sistem duniawi).

         Pengudusan Nama ADONAI (YHVH, Tetragrammaton) dimulai dari dalam  cara hidup seseorang (bukan dengan meneriakkannya keras-keras apalagi memaksa orang melafalkannya). Setelah menguduskan Nama dengan cara hidup, kita juga dapat menguduskannya dengan pengorbanan sampai mati. Jadi pengudusan Nama Hashem (Kiddush Hashem)  mulai dengan gaya hidup sesuai  ajaranNya bahkan bersedia berkorban untuk ajaranNya  (ajaran=torah). Menjaga kekudusan Nama Tetragrammaton dilakukan dengan tindakan sesuai Firman Tuhan yaitu :  tidak bersumpah dusta memakai Nama TUHAN (Im 19:12), tidak menyebut Nama TUHAN dengan sembarangan (Kel 20:7). Kecenderungan menyebut Nama Tetragramaton hanya untuk menunjukkan identitas diri/kelompok sesungguhnya hanya untuk  kepentingan diri sendiri, bukan untuk memuliakan Tuhan.

         Ada sementara  kalangan menekankan pengudusan nama YHVH harus diucapkan dengan tafsir lafal tertentu. Bahkan bila tidak mengucapkan dengan tafsir lafal tersebut tidak akan diselamatkan. Ini kesimpulan tanpa dasar. Sebagai contoh, beberapa ayat yang biasa digunakan. “Dan barangsiapa yang berseru kepada nama YHVH akan diselamatkan…”(Yoel 2:32). ”Bersyukurlah kepada YHVH, panggillah nama-Nya,  perkenalkanlah perbuatan-Nya  di antara  bangsa-bangsa!” 
(I Taw 16:8) . Kedua ayat ini harus dibaca dalam garis sejarah bangsa Israel. Keduanya ditulis ketika Bait Suci masih berdiri di Yerusalem. Namun di abad 21, tidak ada Bait Suci, tidak ada Imam Besar yang melafalkan Nama Kudus tersebut di hadapan umat; sehingga tidak ada yg dapat memastikan bunyi lafal secara akurat!  Apakah ini berarti ayat tersebut tidak berlaku? Tetap berlaku karena ‘nama’ (shem) dalam perspektif Ibrani berarti otoritas, karakter dan reputasi yakni pribadinya.
 
        Dalam situasi tanpa Bait Suci dan tanpa Imam Besar yang diperkenan, orang Yahudi menyebut Adonai atau Hashem untuk merujuk pada pribadi dan otoritas Pencipta. Apakah ini merupakan penyimpangan tafsir? Tidak juga. Mari kita lihat ayat lain dengan situasi yang sama. Dalam  I Kor 15:6, Paulus menyatakan bahwa Yeshua menampakkan diri pada 500 pasang mata dan banyak yang masih hidup sekarang.  Tetapi ketika kita membaca ayat ini di abad 21, tidak ada satu pun yang masih hidup sekarang! Apakah Paulus berdusta? Tentu tidak. Tetapi situasi saat kita membaca ayat yang ditulis ribuan tahun lalu tersebut telah berubah.
  
      Dalam hari raya Yom Kippur  Adonai memerintahkan Imam Besar (Aharon) menyembelih lembu jantan (Im 16:6). Aneh tak ada orang Yahudi di seluruh dunia yang melakukan hal ini. Mengapa? Karena situasi sudah berubah, hari ini tak ada Bait Suci sehingga tak ada hewan  korban dapat disembelih! Karena Adonai mensyaratkan  semua  hewan  korban  harus  di sembelih  di gerbang   Bait  Suci ! (Im 17:3) Tanpa Bait Suci tak dapat perintah ini dilaksanakan karena akan melawan perintah Adonai sendiri.  Hal yang sama terjadi dengan anjuran serukan dan panggilah namaNya! Saat ini sudah tak ada Bait Suci dan Imam Besar panutan yang dapat melafalkan NamaNya dengan akurat seperti Moshe dan nabi-nabi !

         Pada situasi saat ini, pengudusan Nama Adonai tetap bisa dilakukan dengan memfokuskan diri untuk mengenal pribadi TUHAN yang mempunyai kasih yang kekal yang dimaknai dengan hayah (sudah ada),  hoveh  sekarang ada) dan  y’hiyeh (akan ada). Mengenal Adonai sebagai Penebus Setia yang Pembuat Janji dan Pemegang Janji.  Menguduskan Nama TUHAN juga dengan hidup adil, menjadi berkat bagi orang lain juga. Kesuksesan usaha kita  dapat membawa kesuksesan bagi orang lain juga. Sebaliknya pun benar, kita tak menguduskan Nama TUHAN bila usaha kita hanya membebani atau merugikan orang lain saja. Jadi jelas perbuatan kita menyerukan Nama TUHAN dengan lebih kuat!

 

 

Tanggal : 2019-05-19 || Sub Judul : SHabbat Yang Memegang Keluarga

Parashat  BEHAR - Digunung

(Im 25:1 – 55)

 

“... Shabbat yang memegang Keluarga”

 

              Dalam parasha Behar Tuhan mengatur ekonomi umatNya ketika mereka memasuki Tanah Perjanjian.  Adonai berfirman bahwa  ketika Israel memasuki tanah perjanjian, maka tanah itu harus mendapat ‘perhentian’ sebagai Shabbat bagi Adonai ( 25:2). Baru sesudah itu Ia menyatakan  enam tahun menaburi  dan mengumpulkan hasil tanah itu (25:3). Perintah ini merupakan pembalikan dari pelaksanaan di lapangan. Bangsa Israel harus bercocok tanam dahulu 6 tahun sebelum mereka sampai kepada tahun ketujuh yang disebut tahun Shabbat ( Shemittah).

          Dalam ekonomi Tuhan, iman mendahului keuntungan; Shabbat mendahului tuaian; Keluarga mendahului pertumbuhan dan ekspansi usaha; Tuhan memiliki baik tanah maupun sumberdaya manusia di Tanah Perjanjian. Dalam sistem dalam Torah, pinjaman diberikan tanpa bunga bahkan hutang dibebaskan setiap tahun ketujuh. Orang miskin dan yang memerlukan menjadi pusat perhatian.

       Perintah untuk memperhatikan tahun Shabbat lebih dahulu dari enam tahun  bercocok tanam menunjukkan prioritas yang dipegang oleh Adonai, Pemilik Tanah Perjanjian yang memberikannya kepada Israel. Prinsip mendahulukan  Shabbat ini bukan hanya berlaku bagi Israel sebagai bangsa, tetapi juga bagi setiap keluarga Israel. Hal ini juga termasuk bagi keluarga-keluarga kita bangsa-bangsa yang diokulasikan kepada zaitun sejati Israel.

       Dalam tataran  keluarga, Adonai memberikan dua  perintah, Ingat dan kuduskan hari Shabbat ( Kel 20:8) dan Peliharalah dan kuduskanlah hari Shabbat (Ul 5:12). Setiap kita diperintahkan untuk memelihara dan menguduskan Shabbat. Ada saatnya karena sesuatu hal kita tak dapat melakukannya secara lengkap maka Adonai tetap memerintahkan kita untuk mengingat  dan menguduskannya. Mengapa Shabbat sedemikian penting? Shabbat merupakan tanda ikatan perjanjian bagaikan ‘cincin kawin’ antara Adonai dengan umatNya. Barangsiapa yang melakukan perintah Tuhan akan mendapat berkatnya.

         Orang Israel mengatakan, “Bukan kami yang memegang Shabbat tetapi Shabbat yang memegang kami”.  Bila ini diterpakan dalam keluarga maka ungkapan ini menjadi, “ Bukan keluarga kami yang memegang Shabbat tetapi Shabbat yang memegang keluarga kami”. Dan ini dapat terbukti benar.

         Setiap keluarga perlu memperhatikan bahwa nilai-nilai keluarga perlu diteruskan kepada generasi berikut (ledor vador). Karenanya biloa anak dalam suatu keluarga sudah  dapat mengikuti Shabbat maka orang tua sehingga bila anak sudah menjadi besar maka suami dan isteri perlu memelihara Shabbat, bukan saja  untuk merekat hubungan mereka tetapi juga untuk mempersiapkan anak mereka ke masa depan saat ia akan berkeluarga!

         Mari kita periksa nilai-nilai keluarga apa yang direkat dan dipertahankan dalam Erev Shabbat keluarga. Diawali dengan penyalaan lilin oleh isteri yang mengingatkan kita akan nubuat bahwa Mesias terang Dunia akan lahir sebagai benih perempuan (Kej 3:15).

         Kemudian suami memimpin seluruh acara dalam fungsi sebagai imam keluarga dengan mengucapkan berkat pembasuhan tangan dan selanjutkan berkat anggur dan roti. Dalam pembasuhan tangan anak-anak jika masih kecil dapat dilayani oleh orang tua; namun bila sudah cukup besar dapat diminta untuk melayani orang tua juga.

         Unsur penting yang perlu diperhatikan adalah penghargaan suami pada isteri dengan membacakan Amsal 31:10-31 ( atau ringkasan dalam siddur ) yang dilakukannya dengan sikap berdiri sementara sang isteri tetap duduk. Momen ini penting untuk menunjukkan penghargaan dan kehangatan hubungan suami dan isteri dengan suami  memberi ciuman kepada isteri sesudah membacakan Eishet Khayil (Wanita Bijak). Keluarga Mesianik tak perlu menunggu Valentine Day setahun sekali karena tiap Shabbat sudah merayakan Eishet Khayil.  Kemudian, sebagai respon positif  isteri membacakan Mazmur terpilih kepada suaminya dalam posisi tetap duduk.

          Momen yang penting lainnya adalah ucapan berkat ayah kepada anak laki-laki dan perempuan.  Ayah bertindak sebagai imam keluarga mendoakan dan memberi berkat kepada anak-anak laki-laki maupun perempuan secara terpisah,  masing-masing sesuai dengan ucapan berkat kepada Efrayim dan Manashe; serta ucapan berkat seperti Sarah, Rivkah, Rakhel dan Lea. Ucapan berkat ini penting untuk mengimpartasikan berkat Adonai melalui ayah kepada anak-anaknya. Ini merupakan investasi masa depan karena anak-anak akan didorong untuk melakukan yang sama kepada anak-anak mereka sehingga terjadi rantai berkat ledor vador.

         Hidangan makan malam yang spesial  dinikmati bersama sebagai nikmat Shabbat (Oneg Shabbat) sesudah mengucapkan syukur lebih dulu. Sesudah santap malam keluarga dapat menyanyikan puji-pujian atau berbincang hal-hal rohani.  Jamuan Erev Shabbat ditutup dengan Birkat Hamazon, ucapan syukur sesudah makan malam.  Dengan melakukan Jamuan Erev Shabbat yang diperintahkan Elohim ini, hubungan suami dan isteri serta orang tua dan anak dijaga dan ditingkatkan pada  dimensi yang sama seperti hubungan Adonai dengan umatNya dan hubungan Mesias dengan orang percaya sebagai MempelaiNya.

Tanggal : 2019-05-26 || Sub Judul : Berkat atau Kutuk : Suatu Pilihan Sadar bagi Tiap Orang

Parasha  Bekhukotai— di gunung/ketetapan

(Im 25:1 –27:34)

 

Berkat atau Kutuk  : Suatu Pilihan Sadar Bagi Tiap Orang

 

           Parasha Bekhukotai (dari Khukim, ketetapan) memuat berkat dan kutuk, sesuatu yang umum dalam Perjanjian di Timur Tengah. Berkat adalah manfaat yang didapat dari perjanjian. Sedang kutuk adalah sanksi yang didapat bila perjanjian dilanggar. Dalam kontrak bisnis di zaman modern sekali pun pola ini tetap digunakan. Setiap kontrak harus menunjukkan manfaat bagi kedua belah pihak. Sebaliknya, akan ada penalti bila salah satu pihak tak memenuhi kewajibannya alias ingkar janji. Dalam Torah berkat dan kutuk tertulis dalam Ulangan 28 dan Imamat 26.

          Secara umum, berkat dan kutuk berlaku bagi Israel sebagai bangsa. Bila bangsa ini melakukan Torah maka Israel sebagai bangsa akan diberkati. Sebaliknya bila sebagai bangsa Israel tak mentaati Torah, maka kutuk akan berlaku terhadap seluruh bangsa Israel. Tetapi suatu bangsa terdiri dari pribadi-pribadi. Bagaimana hubungan pelanggaran individu terhadap pelanggaran nasional? Setiap pribadi harus menimbang apakah ia ingin menjadi berkat atau menjadi kutuk terhadap bangsanya? Bila ia melawan perintah Adonai, maka ia memberi sumbangan kutuk terhadap Israel, bangsanya. Sementara ia mentaati perintah Adonai ia memberi sumbangan berkat bagi Israel, bangsanya. Ia harus dipertimbangkannya setiap hari!

          Walaupun berkat dan kutuk secara khusus berlaku bagi bagnsa Israel yang menerima Torah, ini tidak dengan sendirinya membebaskan orang percaya bangsa-bangsa dari kewajibannya. Bangsa-bangsa percaya telah dibawa dekat kepada persemakmuran Israel dan sudah ditempelkan kepada zaitun sejati Israel. Apa yang baik bagi Israel akan baik bagi bangsa-bangsa. Apa yang buruk bagi Israel akan buruk bagi bangsa-bangsa. Karena berkat dan kutuk di lingkungan Istrael harus menjadi perhatian juga bagi bangsa-bangsa yang percaya. Di samping itu, kita tidak dapat menyangkali bahwa ada dimensi universal pada dari Torah sebagai pengajaran dari Pencipta langit dan bumi.

           Kutuk dalam Torah mengakibatkan keadaan rohani yang disebut pembuangan (exile). Tidak ada raja di Yerusalem. Sebaliknya, berkat dalam Torah mengakibatkan keadaan rohani yang disebut  penebusan (geulah, redemption). Raja Israel akan bertakhta di Yerusalem. Kerajaan Tuhan ada di bumi dengan pusat Yerusalem. Yeshua mulai memberitakan Injil dengan berseru, “Bertobatlah kamu karena kerajaan Tuhan sudah dekat” (Mat 4:17). Yeshua ingin bangsa ini mengakhiri pembuangan rohani dan memimpin mereka memasuki Kerajaan Mesias di bumi. Seiring dengan hal itu, dengan mentaati ketetapan dan perintah Adonai maka Adonai akan menurunkan hujan sehingga tanah akan memberikan hasil dan pohonan akan mengeluarkan buah-buahan (26:3-4). Dalam periode kerajaan

Dalam berkat ini termasuk suatu nubuat bahwa Adonai akan menetapkan  Perjanjian yaitu mencanangkan (kum, to establish) suatu Perjanjian Baru dengan Israel dan Yehudah (Yer 31:31). Kita lihat Perjanjian Baru merupakan Berkat dari Perjanjian Sinai. Ini sesuai dengan komentari RASHI.

         Bagaimana umat menghindari kutuk? jelas terlihat dalam 26:15. Kutuk akan datang bila umat tidak melakukan segala perintah, menolak ketetapan, muak mendengar peraturan, tidak melakukan segala perintah dan mengingkari perjanjian Elohim (26:15).  Kutuk dapat dihindari dengan tidak melakukan apa yang bertentangan dengan ketetapan dan perintah Elohim. Kutuk dengan sendirinya dihindari dengan mentaati ketetapan dan perintah Elohim.

         Kutuk dalam pasal 26 dapat dikelompokkan menjadi:

26:16-17 Kutuk pertama :  Penyakit,  Gagal Panen, Peperangan

                                       Penyakit dan wabah penyakit diakibatkan oleh dosa. Upah dosa adalah maut (Rom 6:23). Tetapi tidak selalu benar 
                                       ada korelasi langsung antara dosa dan penderitaan. Kitab Ayub membuktikan hal ini.

26:18-19 Kutuk kedua    :  Kekeringan dan Kehancuran Bait Suci. Rashi menafsir ‘mematahkan kekuasaanmu’ berkaitan dengan Bait Suci.

26:22      Kutuk ketiga    :  Binatang liar. Ini dapat binatang sesungguhnya tetapi juga dapat kiasan terhadap musuh manusia (Ashur).

26:23-25 Kutuk keempat : Dikepung Musuh.

26:27-29 Kutuk kelima    : Kelaparan dan kehancuran

26:33      Kutuk keenam  : Dibuang

26:40-42 Ketujuh            : Pertobatan, Penebusan dan Pulang Kembali (Janji)

        Tuhan itu baik, tetapi Ia tetap menghukum. Kebaikannya bukanlah karena Ia tidak menghukum tetapi karena Ia  membuka pintu pertobatan dan penebusan serta pemulihan agar  umat dapat pulang  kembali! Dengan memahami arti kebaikan Tuhan, kita tidak akan menyepelekan kebaikan Tuhan tetapi sebalikinya kita akan menghargai dan menyegani kebaikan Tuhan dengan mentaati ketetapan dan perintahNya!

 

 

Tanggal : 2019-06-02 || Sub Judul : Anak Sulung : Gelar Yang Merujuk Fungsi Penebusan Mesias

Parasha  Bamidbar -  di Padang Gurun

(Bil 1:1—4:26)

 Anak Sulung : Gelar yang merujuk fungsi Penebusan  Mesias

 

         Mishkan dikelilingi oleh perkemahan Levi dan 12 suku Israel. Penetapan posisi suku-suku diatur menurut empat isteri Yaakov yaitu Leah, Bilhah, Rakhel, Zilpah. Di sebelah Timur ada perkemahan Yehudah dari keturunan Leah: Yehudah, Issakhar dan Zebulon. Dalam perjalanan mereka pada posisi pertama. Di sebelah Selatan ada perkemahan Reuben dari keturunan Leah dan dan Zilpah: Reuben, Simeon dan Gad. Dalam perjalanan mereka pada posisi kedua sesudah Yehuda dan diikuti oleh rombongan Levi yang membawa Tabut Perjanjian di tengah mereka.

         Di seelah Barat ada perkemahan Efrayim dari keturunan Rakhel : Efrayim, Manaseh dan Benyamin. Dalam perjalanan mereka pada posisi ketiga, mengiringi rombongan Levi dan Tabut Perjanjian. Disebelah Utara  ada perkemahan Dan dari keturunan Bilhah dan Zilpah: Dan, Asher dan Naftali. Dan dan Naftali anak Bilhah (hamba Rakhel), sementara Asher anak Zilpah (hamba Leah). Dalam perjalanan mereka pada posisi keempat, penutup barisan Israel. Mereka ini yang pertama diserang Amalek dari belakang.

Kota Tuhan: Yerusalem Baru.
Konfigurasi perkemahan Israel menunjukkan Adonai Israel sebagai Pusat. Di setiap penjuru mata angin ada perkemahan 3 suku. Di lingkaran tengah ada perkemahan Levi yang mengelilingi Beit Hamikdash ( Kemah Suci) sebagai pusat perkemahannya.

      Ketika Yohanes melihat Yerusalem Baru turun dari Surga, dari Elohim, ternyata  strukturnya mengikuti posisi perkemahan Israel di padang gurun!

Wah 21:12-13 Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang.

       Nama-nama 12 suku Israel di gerbang Yerusalem Baru dan pada rombongan yang mengirim Mesias kemana pun Ia pergi ( Wah 7:5-8) sering digunakan oleh Kristen bangsa-bangsa untuk merujuk diri mereka. Ini adalah satu bentuk Replacement theology! Menaruh diri pada posisi Israel untuk menggeser Israel! Suatu bentuk penyerobotan hak orang lain.     

      Jelas kita melihat ada hubungan yang kuat antara Bilangan 2 dan Wahyu 21, antara Torah dan Kitab Rasuli!

Penebusan Anak Sulung. Dalam 3:11-13 Adonai menetapkan bahwa suku Levi akan menjadi milikNya menggantikan anak sulung dari setiap suku Israel lainnya. TUHAN memukul mati semua anak sulung Mesir tetapi membiarkan anak sulung Israel hidup. Dengan cara ini Ia menyatakan bahwa anak-anak sulung Israel adalah memilikiNya. Namun, sesudah insiden anak lembu emas, yang memunculkan kesetiaan suku Levi, Adonai mengubah ketentuan milikNya, dari anak sulung 12 suku Israel menjadi seluruh suku Levi saja.

      Dalam 3:45-51 dinyatakan bila suku-suku Israel hendak membawa pulang anak sulung, mereka harus membayar 5 shekel perak kepada Aharon dan anak-anaknya (3:47-48). Orang Yehudi masih melakukannya, bila sampai usia bar mitzvah penebusan ini belum dilakukan maka anak yang melakukan bar mitzvah dapat membayar hargaanya untuk menebus dirinya sendiri. Di zaman modern, sesudah upacara nilai 5 shekel perak itu dikembalikan kepada keluarga.

        Upacara penebusan anak sulung merujuk pada bangsa Israel sebagai anak sulung Elohim ( Kel 4:22). Namun pada saat yang sama, hukum penebusan anak sulung juga merujuk pada Mesias. Dialah korban anak sulung di tempat kita, penebusan dilakukan atas nama kita.

Mesias sebagai Anak Sulung.  
Anak sulung ( bekhor) merupakan salah satu gelar Mesias seperti yang tertulis dalam Mazmur 89:28 Akupun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi. Di sini kita melihat bahwa ketetapan anak sulung lebih luas dari sekedar hak waris di bumi.

        “ Kuduskan bagiKu semua anak sulung (Kel 13:2), midrash mengatakan, Elohim berkata kepada Moshe, seperti Yaakov yang telah Kutunjuk sebagai anak sulung – seperti yang dikatakan, ‘Israel adalah anak sulungKu  (Kel 4:22), demikian Aku akan menunjuk Raja Mesias anak sulung, seperti yang dikatakan, ‘Aku akan menunjuk dia menjadi anak sulung’” ( Exodus Rabbah 19:7).

        Rujukan Mesias sebagai anak sulung sangatlah penting untuk membaca Kitab Suci dengan pengertian yang tepat. Keluaran 13 menyatakan Israel dibebaskan melalui anak domba Pesakh dan anak sulung Mesir. Di sini kita melihat bahwa hak atas anak sulung bukan ada pada Firaun tetapi pada Yaakov. Kematian anak sulung Mesir mengakibatkan penebusan Israel, dalam arti kematian anak sulung Mesir merupakan kematian sebagai korban (sacrificial death). Dengan kata lain, proses penebusan menghendaki kematian anak sulung.

        Ide yang menggoncangkan bahwa kematian anak sulung membawa penebusan ditemukan pada perintah untuk menguduskan semua anak sulung Israel. Dalam Kel 13:12 ....

Tanggal : 2019-06-09 || Sub Judul : Menghapus Nama Tuhan Dan Kedamaian Suami & Istri

Parashat  Nasso - Hitunglah

(Bil 4:21 - 7:89)

 

MENGHAPUS NAMA TUHAN DAN KEDAMAIAN SUAMI DAN ISTERI

 

        Sesudah bani Kehat,  Tuhan memerintahkan menghitung kaum Gershon yang berumur 30 sampai 50 tahun. Perhitungan ini perlu dihubungankan dengan tugas yang akan dibebankan (work load) kepada mereka. Bani Gershon mendapat tugas pada tingkat kekudusan menengah dengan mengurus tenda-tenda Kemah Suci, tirai pintu Kemah Pertemuan, layar-layar pelataran dan tirai pintu gerbang di sekeliling Kemah Pertemuan (4:24-28). Jumlah bani Gershon 2630 orang. Bani Merari  mendapat tugas pada tingkat kekudusan terendah dengan    mengurus papan-papan Kemah Suci, tiang-tiang dan alasnya, tiang pelataran, patok-patok dan tali-talinya (4:31-33). Jumlah bani Gershon  3200 orang. Jumlah ketiga bani itu 8580 orang (4:48). Pembagian kerja tersebut ‘diperintah’ Tuhan; menunjukkan bahwa Tuhan peduli dengan pelaksanaan pemeliharaan pelayananNya.  Tiap bani diberi tugas yang berbeda,ada yang lebih ’tinggi’ dan ada yang lebih ’rendah’ tetapi mereka tidak perlu merasa iri karena semuanya berharga di hadapan Tuhan.

          Kepedulian Adonai akan pelayanan dinyatakan dalam 3 hal :

(1) Adonai merumuskan ‘uraian tugas’ (job description) yang jelas. Pelayanan Rumah Tuhan harus teratur dan tertib. Ini juga menjadi cermin bagi semua pelayanan  dalam kehilah, harus teratur dan tertib. Masing-masing unit melakukan tugas sesuai ‘uraian tugas’nya, bukan menambah atau mengurangi.

(2) Tiap kelompok pelayanan tidak dibenarkan untuk mencampuri urusan kelompok lain. Bani  Kehat tidak diperkenankan kepo dengan ‘melihat-lihat’ tabut perjanjian dan benda kudus lainnya karena mereka akan mati karena kelakuannya (Bil 4:20).

(3) Setiap kelompok bertugas dibawah supervisi langsung (Ibr beyad, dibawah tangan/kendali) Itamar, anak Aharon yang berada dibawah otoritas Aharon sebagai Imam Besar. Dalam Kehilah pun demikian, ada hirakhi kepemimpinan yang diterapkan untuk menjaga ketertiban pelayanan.

 

TUHAN bersedia NamaNya ‘dihapus’ agar hubungan Suami dan Isteri Terjaga!

          Moshe menulis bila suami mencurigai isterinya mempunyai hubungan dengan pria lain, maka sang suami dapat membawa isterinya ke depan imam sesudah ia menyatakan perasaannya kepada sang isteri lebih dahulu. Sang suami membawa persembahan jelai yang kasar tanpa minyak tanpa kemenyan untuk menyatakan kecemburuan. Jelai itu ditaruh di tangan sang isteri. Lalu imam mengambil bejana air dan menuangkan debu Kemah Suci ke dalamnya serta meminta wanita itu meminumnya. Air pahit itu diminum oleh sang isteri untuk membuktikan apakah ia bersalah atau tidak. Bila wanita itu bersalah maka ia akan menderita dengan paha mengempis dan perut mengembung (5:21). Tetapi jika ia tak berbuat serong maka luputlah ia dari kutuk itu (5:19).

 Karena hal ini maka kaum Yehudi yang saleh tidak akan pernah menulis nama Y/H/V/H pada whiteboard atau kapur tulis yang dapat dihapus. Dokumen yang mengandung nama HASHEM  dipandang lebih berharga. Jika dokumen yang mengandung nama TUHAN harus dibuang, maka dokumen tersebut harus di’kubur’ secara benar agar menghormati Nama Tuhan.

      Dengan pemahaman ini, kita membaca bahwa imam menulis Nama Tuhan dua kali dalam sehelai kertas  (5:23) sesuai  dengan ayat, “ Biarlah Y/H/V/H menetapkan engkau sebagai sumpah dan sebagai laknat di tengah-tengah bangsamu ketika Y/H/V/H membuat pahamu menyusut dan perutmu gembung (5:21-22 ILT). Apa yang terjadi?  Prosedur ini mengakibatkan Nama TUHAN yang tertulis 2 kali di atas kertas itu larut terhapus dalam air pahit (air yang dibubuhi debu Kemah Suci)  itu! Ini berarti Tuhan membiarkan NamaNya dihapus karena Ia ingin hubungan suami dan isteri ada dalam kedamaian (Sifre 17). Atau dapat juga dikatakan hubungan yang tidak baik (kecemburuan dan pertengkaran) antara suami dan isteri mengakibatkan Nama Y/H/V/H dihapus!

        Mari kita membangun rumah tangga yang damai sejahtera (shalom bayit). Shalom bayit berarti hubungan damai sejahtera antara suami dan isteri.  Karena kedamaian antar suami dan isteri mengawali pemantapan Nama TUHAN! Sementara keadaan saling curiga antar suami isteri menjurus pada penghapusan Nama Tuhan.

        Berjalan dengan waktu, hubungan suami isteri harus dipelihara. Baik suami maupun isteri berubah dengan berjalannya waktu: perhatian, gaya bicara, selera makan, kebiasaan dapat berubah. Karena itu hubungan suami isteri juga dapat berubah. Bagaimana mempertahankan hubungan yang dari tahun ke tahun? Kembali ke kasih mula-mula. Kembali kepada pola keluarga yang ditetapkan Tuhan. Suami mengasihi isteri seperti Mesias mengasihi Jemaat dan isteri tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan ( Ef 5:22,25). Namun bagaimana suami dapat mengasihi isteri yang tak mau tunduk atau bagaimana isteri dapat menunjukkan diri kepada suami yang kurang peduli? Rav Shaul memberi jalan Tuhan agar pola hubungan suami dan isteri dapat dibangun, “mengucap syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam Nama Tuhan kita YESHUA HaMashiakh kepada Elohim dan Bapa, seraya saling menundukkan diri seorang terhadap yang lain dalam takut akan Elohim (Ef 5:19). Menundukkan diri muncul dari kerendahan hari yang berjalan seiring dengan kasih karena kasih itu tidak sombong (I Kor 13:4). Kerendahan hari membuat suami menghargai isteri dan isteri menundukkan diri pada kepemimpinan suaminya.

         Saling menundukkan diri yang didorong oleh kerendahan hari ini juga merupakan unsur penting dalam Jemaat. Olehnya Jemaat dijauhkan dari memegahkan diri dan didekatkan pada kasih dan kesabaran yang diperlukan untuk membangun Jemaat bagi kemuliaan Mesias Yeshua, Kepala Jemaat.

Tanggal : 2019-06-16 || Sub Judul : Zaitun Liar pun harus ‘diremukkant’ untuk memancarkan Terang!

Parasha ini dibuka dengan perintah Tuhan agar Moshe memasang menorah, kaki dian emas bercabang tujuh di Ruang Kudus. Angka tujuh berhubungan dengan angka ilahi. Dalam lingkungan Yahudi, 7 lampu pada menorah berhubungan dengan 7 bintang. Tempat kudus di bumi di bawah berhubungan dengan tempat kudus di langit di atas. Dalam kitab Wahyu, Rasul Yohanes melihat Yeshua ada di antara 7 menorah emas dan memegang 7 bintang di tangan kanannya (Wah 1:6; 2:1). Bahkan Yeshua menyebut dirinya sebagai ‘Dia yang mempunyai 7 roh dan 7 bintang’ (Wah 3:1). Yeshua mengatakan bahwa 7 bintang itu adalah malaikat-malaikat dari 7 jemaat dan 7 menorah (kaki dian) itu adalah 7 jemaat (Wah 1:20).

       Kemudian Yohanes melihat menorah yang bernyala di hadapan tahta Elohim itu adalah 7 roh Elohim (Wah 4:5) dan 7 malaikat yang berdiri di hadapan Elohim (Wah 8:2). Yohanes juga melukiskan Mesias Yeshua  sebagai  anak domba dengan ‘ 7 tanduk dan 7 mata yang adalah 7 Roh Elohim yang dikirimkan ke seluruh bumi (Wah 5:6). Semua ini menunjukkan Tempat Kudus di bumi di bawah berhubungan dengan Tempat Kudus di di surga di atas. Penyalaan menorah dilakukan segera sesudah penahbisan (Ibr chanukkah) mezbah di Kemah Pertemuan.

       Menorah dapat bersinar bila diisi dengan minyak zaitun murni. Minyak zaitu murni dibuat daribuah zaitun yang ditumbuk, dilumatkan dan diperas minyaknya. Hanya dengan proses ini menorah dapat menyala dan menyinarkan cahaya yang menerangi lingkungan dan  dilihat orang.

        Tetapi menorah yang ditulis Moshe bukan saja berbicara untuk benda menorah di Kemah Suci, ini juga merupakan kiasan yang merujuk pada Terang yang terbit atas Israel sehingga Israel dapat menjadi bangsa yang menerangi bangsa-bangsa lainnya (Yes 60:1).  Terang yang terbit atas Israel merujuk pada Mesias Yeshua. Sejarah menunjukkan bahwa tidak ada satu pribadi yang membuat bangsa-bangsa mengenal Tuhan Abraham Ishak dan Yaakov melebihi Yeshua.
 
Dan ketika Ia melayani di Yerusalem, Ia berkata, Akulah Terang Dunia (Yoh 9:5). Tetapi Ia juga mengatakan orang-orang  Israel yang mendengar KotbahNya di Bukit di tepi danau Galilea, “Kamulah terang dunia!” (Mat 5:14). Jadi Yeshua dan Israel  merupakan terang dunia.  Pertanyaannya bagaimana bangsa-bangsa?
    Bangsa-bangsa baru mendapat bagian saat diokulasikan kepada pohon zaitun sejati Israel melalui Yeshua Hamashiakh! (Roma 11:17). Dengan ditempelkan ke pokok zaitun sejati, carang-carang zaitu liar itu mendapat nutrisi dari akar zaitun yang penuh getah itu dan karenanya dapat berbuah lebat. Buah zaitun dari carang liar ini digiling, digencet dan diperas untuk menghasilkan minyak zaitun yang dipakai untuk menyalakan lampu-lampu menorah yang menerangi dunia.  

    Ini menunjukkan bahwa bangsa-bangsa percaya pun dapat menjadi Terang dunia bila mengalami proses diperas, dilumatkan sama seperti Yeshua di Taman Getsemani atau seperti Israel yang diluluhkan pemberontakannya  oleh Adonai Elohim. Keakuan (ego) kita harus diluluhkan lebih dahulu sebelum dinaikkan (beha’alotkha) ke atas Menorah untuk menjadi Terang bagi komunitas kita, masyarakat dan dunia!

     Karena itu pertanyaan yang harus dijawab lebih dulu sebelum proses menjadi Terang Dunia itu dijalankan adalah, siapkah kita dilumatkan keakuan kita di hadapan Adonai Elohim? Jawaban kita akan membawa kita menjadi Terang Dunia atau tidak. Tetapi jika kita mau berserah diri untuk menjalani proses baku untuk menjadi minyak zaitun murni, kita akan  berfungsi seperti yang dikatakan Mesias Yeshua, “Kamulah  Terang Dunia. Sebuah kota yang terletak di atas gunung, tidaklah mungkin disembunyikan” (Mat 5:14)

Tanggal : 2019-06-23 || Sub Judul : Lashon Hara : Menghalangi "Geulah" Penebusan Adonai

Parasha SHELAKH LEKHA – Utuslah olehmu
(Bil 13:1—15:41)

Lashon Hara : Menghalangi ‘Geulah’ Penebusan ADONAI

 

           Pembaca Alkitab terjemahan Indonesia dikesankan bahwa inisiatif dan perintah untuk mengirim 12 pengintai ke tanah Kanaan berasal langsung dari Elohim sendiri yang memerintahkan Moshe, “Suruhlah” (13:1 LAI) Tidak demikian dalam teks asli Ibrani. Shelakh Lekha berarti ‘Suruhlah olehmu’, yang berarti Elohim berkata agar Moshe yang menyuruh regu pengintai ke Kanaan. Apakah  ini prakarsa Tuhan atau Musa? Kalau regu ini berhasil maka  pujian diberikan pada pemrakarsa. Gagasan untuk mengirim pengintai ke Kanaan berasal  dari  para pemimpin Israel sendiri, bukan dari Moshe, apalagi dari Elohim. (Ul 1:22-23). Pemuka Israel mengusulkan pada Moshe untuk mendapat pemahaman lokasi sebelum memasuki Kanaan.  Moshe yang berpandangan ‘lurus’ melihat tidak ada salahnya memahami  aspek teknis sebelum memasuki tanah Kanaan sehingga ia menyetujuinya.

           Ketika Moshe mengkomunikasikan pada Tuhan, Ia berkata, Shelakh Lekha—Suruhlah olehmu. Ini berarti Elohim mengatakan Moshe sendiri yang mengutus, bukan Tuhan! Adonai Elohim yang mengetahui hati manusia melihat bahwa usul ini mengandung ketidakpercayaan  kepada Janji Elohim dalam diri beberapa orang pemimpin Israel (Ul 1:32).  Terbukti, misi 12 pengintai itu ternyata gagal total, karena  motivasi yang tidak murni yang tidak diungkapkan namun ada di benak para pengintai.

       Mereka membawa hasil tanah yang baik, buah ara dan delima setandan anggur yang harus dipikul oleh dua orang!  Anggur lambang sukacita. Pohon ara menyatakan kesuburan karena hidup  bila dekat dengan air permukaan. Mereka menunjikkan hasil delima. Delima melambangkan kekuatan dan digunakan di Kemah Suci. Tetapi hasil tanah Kanaan lebih dari 3 jenis tanaman itu, masih ada jelai, gandum, zaitun dan korma  sebagai tanaman utama.  Mereka belum melaporkan seluruh potensi tanah itu.

        Tetapi yang sungguh menyakitkan adalah laporan bahwa tanah Kanaan didiami orang orang raksasa  yang  ‘lebih kuat daripada kita’ (13:31).  Terjemahan ini mengesankan Israel tidak akan menang dari penduduk Kanaan. Tetapi dalam bahasa Ibrani bagian ini tertulis ‘khazak hu mimenu’  (‘lebih kuat –dia— dari kita’). Ada kata ‘hu’ (dia, kata ganti orang ke-3 tunggal) yang tidak diterjemahkan. Sehingga lengkapnya mereka melaporkan  orang raksasa itu ’lebih kuat dari  dia (Elohim) dari kita (Israel). Mereka mengatakan bahwa sekalipun Tuhan tak sanggup melawan penduduk Kanaan.  Jelas ini sudah merupakan penyimpangan fakta yang merupakan lashon hara (lidah jahat) secara terbuka bukan saja pada Moshe tetapi kepada Elohim sendiri ! 

        Siapa dan bagaimana karakter para pengintai? Nama Ibrani menyatakan karakter seseorang. Mari kita lihat 12 karakter mereka: Shamua – laporan; Shafat – menghakimi;  Kalev – menurut hati;  Yigal – dia menebus; Hoshea – keselamatan; Palti – mlarikan diri; Gadi-el – keberuntunganku dari Tuhan; Gadi - peruntunganku; Ami-el  - penebusku adalah Elohim; Geu’el-keagungan Elohim; Setur – persembunyian,rahasia [Gematria STUR = 666 (samek 60-tav 400 -waw 6-resh 200)];Nakhvi – mengundurkan diri, bersembunyi.

      Jelas terlihat  STUR yang berarti rahasia sesungguhnya menyatakan angka manusia (666) yang merujuk anti Mesias yang dalam konteks ini berarti melawan  penebusan (geulah) dari Adonai!  Dialah yang merusak teman-teman yang mempunyai karakter baik. Juga kita melihat NAKHVI yang berarti mengundurkan diri (dari rencangan penebusan Adonai).  Mereka hanya berdua, tetapi bagaimana ada 10 orang terpapar oleh pandangan mereka? Mereka menyebarkan pandangan mereka dengan teknik Lashon Hara! (padanan bahasa Arabnya fitnah!). Menyangsikan Moshe yang juga  belum pernah tahu tanah Kanaan.

    Dari situ mereka melangkah menyangsikan Janji Adonai! Dan ini tidak lain adalah Pemberontakan kepada Adonai Elohim Israel yang sudah membawa keluar Israel dari Mesir menuju Tanah Perjanjian!

       Lashon hara dapat muncul dalam dua bentuk dasar. Pertama, menyampaikan fakta atau mengutip ucapan seseorang tanpa mengubahnya namun dengan konteks yang berbeda sehingga orang yang mendengar mempunyai kesan yang lain sesuai yang dikehendaki pembuat lashon hara. Bentuk pertama dapat dilihat dari laporan akan hasil bumi yang berlimpah susu dan madunya (walaupun tidak  dilaporkan dengan lengkap); dan  kemudian dinegasi dengan kabar busuk (dibbah) dengan mengatakan penduduk di sana kuat-kuat dan kotanya berbenteng  (13:27-29)

        Kedua, lashon hara juga bisa mengucapkan hal yang berbeda sama sekali dari aslinya alias ‘mem’lintir’ ucapan orang untuk mengesankan keburukan yang bersangkutan. Ini terlihat dari kabar busuk (dibbah) bahwa penduduknya memakan orang dan bahkan berkata ‘khazak hu mimenu’  yang mengesankan penduduk Kanaan lebih kuat dari ‘dia’ (Elohim) dan dari kita  (13:32). Jelas  ‘plintiran’ ini merupakan lashon hara yang menyangsikan keperkasaan dan  otoritas Adonai ! Mereka menjatuhkan kehormatan Nama TUHAN di depan umat Israel!  Akibatnya sudah diduga, seluruh bangsa berontak melawan TUHAN dengan mengatakan, bukankan lebih baik mati di Mesir atau mati di padang gurun daripada tewas oleh pedang di Tanah Perjanjian?  Bukankah lebih baik kembali saja ke Mesir? Mereka telah memberontak kepada otoritas Adonai dengan menjatuhkan kehormatan TUHAN!

      TUHAN menangani pemberontakan ini dengan tegas. Semua penyebar lashon hara yang menjatuhkan kehormatan Nama Adonai harus menerima ganjarannya dengan mati kena tulah di hadapan TUHAN (14:37).    Dan seluruh bangsa yang terpapar roh pemberontakan kepada Adonai semuanya mati di padang gurun tanpa memasuki  Tanah Perjanjian (Geulah).

          Kisah ini menunjukkan bahwa lidah sebagai anggota tubuh yang kecil dapat dipakai untuk membangun tetapi juga dapat menghancurkan. Yaakov saudara Yeshua mengatakan bahwa lidah itu seperti api yang dapat membakar hutan yang besar. Lidah ada di antara anggota tubuh kita yang dapat menodai seluruh tubuh  (Yak 3:5-6). Komunitas Torah perlu menjaga ucapan lidah untuk tidak membuat kegaduhan dalam komunitas. Setiap anggota perlu bertanya apakah informasi yang diterimanya benar, bukan lashon hara atau  hoax? Kalau pun benar, apakah  cara beredarnya informasi ini sudah tepat? Apakah dampak informasi ini bagi komunitas?   Sebagai umat tebusan kita harus lebih cerdas dan bijak dalam mengolah informasi yang kita terima!

Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Ams 1:5). Dia yang berbicara lancang adalah seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan (Ams 12:18) Lidah orang bijak menggunakan pengetahuan dengan benar, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan (Ams 15:2) Orang-orang pencemooh menyulut kota, tetapi orang-orang bijak meredakan amarah (Ams 29:8).

 

 

Tanggal : 2019-06-30 || Sub Judul : Ketidakpuasan, Iri Hati & Pemberontakan

Parasha  KORAKH — ‘Botak’
(Bil 16:1— 18: 32)

Ketidakpuasan, Iri hati dan Pemberontakan

               Sebagai bangsa pilihan tidak berarti Israel bebas dari intrik bahkan yang menjurus pada pemberontakan (makar) terhadap pimpinan yang telah ditetapkan Elohim.  Sesudah Moshe menyatakan ketetapan Tuhan bahwa orang yang berusia 20 tahun ke atas tidak dakan melihat tanah Kanaan bahkan akan mati di padang gurun (14:29-30), Korakh dan sekutunya membuat kegaduhan dengan melakukan pemberontakan melawan Moshe dan Aharon. Korah mulai dengan ‘mengambil’ (vayiqakh)  Datan dan Abiram dan On dari suku Reuben dan 250 orang pemimpin Israel (16:1). Vayiqakh berarti mengambil untuk dipisahkan, memisahkan diri dari yang lain (Rashi mengutip Onkelos). Tindakan memisahkan diri ini jelas dilakukan untuk kepentingan ‘gang’ mereka sendiri dan bukan untuk kepentingan seluruh komunitas atau bangsa .

             Dalam pandangan mereka, Moshe dan Aaron telah memegang terlalu banyak kekuasaan. Tuduhan para penantang, Moshe dan Aaron telah meninggi-ninggikan diri sendiri atas pengorbanan seluruh jemaat YHVH yang sesungguhnya orang-orang kudus (16:3).  Tetapi benarkah demikian? Bukankah Tuhan sendiri yang memilih Moshe adan Aaron?

             Alasan yang sesungguhnya adalah iri hati yang mulai hati Korakh. Korakh termasuk bani Kehat yang terhormat. Namun ia tak puas karena Moshe menunjuk sepupunya Elisafan ben Uziel (Im 3:20). Uziel adalah adik dari Yizhar, ayah Korakh; sehingga dalam keluarga posisi Korakh lebih senior ketimbang Elisafan. Ini menimbulkan iri hati. Ketidakpuasan dalam diri Korakh kemudian ditularkan kepada Datan dan Abiram dari suku Ruben yang tinggal berdekatan dengan bani Kehat di bagian selatan Kemah Pertemuan. Datan dan Abiram iri kepada suku Yehuda dan Efrayim (suku Yusuf) yang mendapat tempat lebih utama, padahal Ruben adalah anak sulung Yakub. Jadilah iri bertemu iri dan  ketakpuasan ketemu ketakpuasan, maka lahirlah pemberontakan.

             Apa argumen yang disusun Korakh melawan Moshe dan Aharon ?  Dalam 16:3 ia menjelaskan 3 alasan strategis untuk menyerang Moshe dan Aharon. Pertama, semua Israel sama di hadapan Tuhan, semua umat kesaksian (homogenisasi). Kedua, Moshe meninggikan diri, mengelabui umat (kastigasi, pemisahan). Ketiga, mereka ingin tugas upacara diberikan kepada mereka (penggantian). Tujuannya Korakh ingin menggantikan anak-anak Aharon (16:10) !

             Menghadapi pemberontakan ini, Moshe justru menyerahkannya kepada Elohim yang dia layani tanpa ada usaha mempertahankan diri. Ia mempersilakan 250 orang pemberontak membawa perbaraan untuk mendekat ke hadirat Tuhan; untuk menunjukkan apakah Tuhan mau menerima mereka yang tidak dipilihNya. Ketika dipanggil  Moshe, Datan dan Abiram, menolak datang sambil menuduh bahwa Moshe telah membawa mereka keluar dari negeri yang berlimpah air susu dan madu  (Mesir) untuk membawa mereka ke  padang gurun (16:13). Ini jelas serangan kepada Moshe tetapi juga kepada Adonai!

            Moshe marah (16:15)  demikian juga Adonai. Moshe mengatakan jika para pemberontak mati tidak wajar maka itu berarti  mereka telah menista Tuhan. Baru saja ia berbicara, tanah yang diinjak Korakh, Datan dan Abiram berserta keluarga, terbelah dan mereka ditelan hidup-hidup.

Lalu api dari Adonai memakan habis 250 orang pembawa perbaraan. Ketika bangsa Israel bersungut membela mereka, Tuhan mengirim tulah sehingga 14.700 orang mati. Tuhan tak menyukai pemberontakan. Pemberontakan mencabik perlindungan Tuhan!

            Apakah semua anak Korakh mati? Tidak.  Anak-anak Korakh tidak mati (26:11). Bukankah seluruh isi rumahnya ditelan bumi (16:32) ? Ya kecuali anak-anaknya.  Anak-anaknya berkata, Kami berpihak kepada Moshe, guru kami walau pun ini berarti kami tidak bisa menghormati ayah kami” (Yalkut Shim’oni, 1.752). Pikiran yang tertib dan pertobatan dalam hati mereka menyelamatkan mereka. Keturunan Korakh terus berlanjut mempertahankan satu jalur keturunan Levi. Nabi Samuel adalah keturunan Korakh (I Taw 6:28). Sesudah kematian imam Eli, Samuel sang Lewi menjalankan tugas imam yang dimaui oleh Korakh, kakek buyutnya. Sesungguhnya Korakh tidak sabar, salah membaca waktu karena Tuhan memberi kesempatan pada keturunannya apa yang diinginkannya. Keturunan Korah juga  menulis banyak mazmur pujian dan penyembahan serta pengajaran pada masa raja David dan Salomo (Maz 42:1; 47:1; 48:1).

             Talmud mencatat kisah dibalik pemberontakan Korakh. Mengapa Korakh memberontak kepada Moshe? Mengapa On ben Pelet yang  ikut berkomplot dengan Korakh tidak turut dihukum (16:1) ?  Karena isteri-isteri mereka. Isteri Korakh yang mulai dengan tidak puas akan karir suaminya. Ia ingin suaminya mempunyai posisi lebih tinggi. Dan ia melihat Moshe sebagai penyebab posisi suaminya sebagai pendukung saja, tidak meningkat. Setiap kali suaminya berbicara tentang arahan Moshe ia selalu mencela Moshe. Lama-kelamaan sikap ini menular kepada Korakh. Tidak puas, iri hati dan pemberontakan.

             Isteri On sebaliknya. Ketika ia melihat suaminya berkomplot dengan Korakh dan Datan serta Abiram, ia memperingatkan On bahwa yang menjadi guru mereka adalah Moshe. Namun situasi menjadi semakin buruk. On menceritakan bahwa ia sudah ikut  bersumpah untuk mendukung Korakh melawan Moshe. Isterinya memberi makan yang enak dan memberi anggur sampai suaminya mabuk dan tertidur lelap sampai siang. Ketika komplotannya menjemput dia belum bangun dari telernya. On terhindar dari malapetaka tanpa mencabut sumpahnya. Isteri On mencerminkan ezer kenegdo , penolong yang berhadapan (Kej 2:18). Ia berani membetulkan suaminya yang salah arah!  Isteri On adalah isteri yang bijak sementara isteri Korakh disebut isteri yang bodoh !

             Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri (Ams 14:1). Isteri yang bijak adalah isteri On, sedangkan isteri yang bodoh adalah isteri Korakh.

 

 

Tanggal : 2019-07-07 || Sub Judul : Kematian Orang Benar Mendamaikan Umat yg Bersamanya, Kematian Mesias Mendamaikan Seluruh Umat Manusia Melalui Iman

Parasha  KHUKAT — ‘Ketetapan’

(Bil 19:1— 22:1)

Kematian orang Benar Mendamaikan umat yang bersamanya,

Kematian Mesias Mendamaikan Seluruh Umat Manusia melalui Iman

 

            Parasha Khukat (ketetapan) merupakan suatu bagian yang mengandung banyak misteri (rahasia). Ini searah dengan pengertian ’khukat’ yang berarti perintah yang tidak dijelaskankan alasan rasionalnya. Tuhan menetapkan dan umat harus melaksanakannya. Ini menunjukkan bahwa Elohim sebagai Raja berhak membuat ketetapan dan siapa pun harus melaksanakan ketetapan itu.  Sifat dari ‘ketetapan’ (khukat) inilah yang mengakibatkan bapa-bapa Gereja yang semuanya berpendidikan Yunani tidak dapat memahami ketetapan Tuhan dalam Torah sehingga dengan cara berpikir linear Yunaninya  menganggap Torah sudah tidak relevan lagi dan karenanya tidak mengikat lagi.

Korban Lembu Merah :

            Ini merupakan contoh khukat yang jitu. Perintah lembu merah ini hanya satu ini, tidak ada korban yang warnanya dipentingkan seperti lembu merah. Lembu ini juga dikorbankan di luar Kemah atau Bait Suci (semua korban lainnya  disembelih di lingkungan Bait Suci). Lembu merah ini seluruhnya harus dibakar (termasuk isi perutnya). Sebagian darah nya dipercikkan kearah mishkan. Kemudian lembu itu dibakar di atas mezbah dan abunya dicampur dengan air, hyssop, kayu cedar dan benang merah tua. Campuran ini dipercikkan guna  pentahiran seseorang yang ada dalam tamei, tidak tahir untuk melayani di Bait Suci, khususnya mereka yang menyentuh mayat orang mati.  Karena ritual lembu merah ini terkait dengan  diperkenankannya seseorang memasuki Bait Suci, maka ketika lahir lembu merah di USA sekitar 15 tahun lalu, banyak orang  Kristen menyangka Bait Suci akan segera dibangun dan Antikris akan datang dan Yeshua akan datang. Namun semua belum terjadi. Kita memang harus berjaga-jaga, tetapi juga kita tidak pada tempatnya untuk ‘lebai’.

Bagaimana hubungan Lembu Merah dengan kematian Miryam?

            R Ammi berkata : Mengapa Torah mencatat kematian Miriam  langsung sesudah korban lembu merah (yang abunya dipakai untuk memurnikan/mentahirkan tubuh  orang yang bersentuhan dengan mayat)? Untuk menyatakan bahwa seperti lembu merah mendamaikan demikian juga kematian orang benar (tzaddik) mendamaikan generasinya (Moed Kattan 28a). Karena pengertian inilah orang Yahudi memperingati kematian para rabbi yang dianggap tzaddik (misal Simon bar Yokhai, Lag b’Omer). Pengertian ini paralel dengan makna kematian Mesias Yeshua sebagai Tzaddik di antara tzaddik yang membawa pendamaian bagi orang banyak, sekali untuk selamanya (Ibr 9:28).

            Kematian orang benar juga menunjukkan bahwa Tuhan sudah menunjukkan belas kasihannya kepada umat yang hidup bersama tzaddik itu.  Tiap tzaddik membawa pahala masing-masing. Talmud menulis, “R Yosi anak R Yodah berkata, Ada 3 pemimpin diberikan kepada Israel, Moshe, Aharon dan Miriam; dan ada 3 pemberian yang baik  melalui mereka yaitu mata air, pilar (tiang awan) dan manna. Mata air yang dinikmati Israel di padang gurun diberikan karena Miriam; tiang awan kemuliaan yang memimipin mereka diberikan karena Aharon; dan manna diberikan karena Moshe.  Ketika Miriam mati, mata air berhenti, karena tertulis ‘Tidak ada air bagi Jemaah’. Mata air itu dipulihkan oleh doa Moshe dan Aharon.

            Ketika Aharon mati tiang awan berhenti; tetapi mata air dan tiang awan dipulihkan oleh doa Moshe. Ketika Moshe mati semuanya berhenti seperti yang tertulis, ‘ Dalam satu bulan Aku melenyapkan ketiga gembala itu’(Zak 11:8). Pertanyaannya, apakah mereka bertiga mati pada bulan yang sama? Miriam mati bulan Nissan, Aharon pada bulan Av, dan Moshe pada bulan Adar. Karena itu dapat disimpulkan 3 pemberian itu berhenti pada bulan kematian Moshe. Kalau begitu pemberian itu diberikan karena satu orang. Bukan, Moshe harus dihitung lain, pahalanya demikian besar sehingga ia disetarakan dengan dengan seluruh Jemaah.”

            Moshe sudah tiada, siapa yang menjadi sumber pahala bagi Israel? Mesias! Dan Mesias lebih besar dari Moshe. R.Berekiah dalam nama R.Yitzkhak berkata, seperti Penebus pertama demikan Penebus terakhir. Penebus pertama Moshe membawa isteri dan anak naik keledai kembali ke Mesir ( Kel 4:20).

Penebus Akhir : Lihat Rajamu datang, ia lemah lembut mengendarai keledai (Zak 9:9)

Penebus Awal : membawa manna (Lihat aku akan membuat hujan roti dari langit).

Penebus Akhir : Kiranya ia menjadi ladang gandum yang subur di atas gunung

                        {matzah– mengambarkan TubuhNya, manna—roti yang turun dari surga}

Penebus Awal : Ia duduk di atas sumur/mata air (Kel 2:16).

Penebus Akhir : Ia akan menjadi sumber air itu sendiri karena dikatakan, ’Semua

                        sungai Yehuda akan mengalirkan air, air akan memancar dari

                        rumah Tuhan mengairi lembah Sitim’ (Yoel 3:18)

Tanggal : 2019-07-14 || Sub Judul : Bileam : Nabi Pembangkang Barmata Jahat

Parasha  BALAK— ‘Penghancur’

(Bil  22:2—25:9)

Bileam : Nabi Pembangkang Bermata Jahat

 

               Balak anak Zipor, raja Moab, keturunan Lot takut melihat bangsa Israel berkemah di dataran Moab (21:3). Sesungguhnya tidak ada alasan bagi Balak untuk takut kepada Israel karena Israel pun tidak bermaksud berperang melawan orang Moab.  Elohim memerintahkan agar tidak mengganggu Moab karena tanah yang mereka duduki memang diberikan kepada mereka sebagai anak Lot (Ul 2:9).

               Ketakutan Balak  akan Israel mendorongnya meminta Bileam menulahi Israel  yang membawa tragedi bagi bangsa-bangsa Moab dan Midian dan Israel. Takut akan manusia mendatang jerat (Ams 29:25). Balak takut kepada manusia Israel, tetapi tidak takut akan Elohim Israel. Kalau ia takut akan Elohim Israel tentu ia tidak akan menulahi Israel karena takut akan Elohim itu murni, benar dan adil (Maz 19:10). Kita belajar bahwa tindakan yang didsarkan akan ketakutan membawa pelakunya kepada tragedi. Sebaliknya tindakan kita harus didasarkan iman yang membawa kita kepada kemenangan (I Yoh 5:4).

               Bileam (Baalam) adalah nabi bangsa-bangsa yang berasal dari Pethor di Mespotamia (Ul 23:4).  Tetapi apakah ia seorang nabi yang menyimpang atau apakah  ia memang   seorang nabi?  Ketika ia berbicara kepada Tuhan, Tuhan menjawab dia seakan Ia adalah temannya. Cara dia berkomunikasi menempatkan Bileam pada tingkatan nabi. Namum, kitab nabi-nabi dan kitab rasuli menyebutkan kelakuannya yang jahat. Ia disebut petenung (Yos 13:22). Ia disebut melakukan guna-guna (24:1 Ibrani) yang dibenci Elohim Israel (Ul 18:10-14).

               Dalam kitab rasuli, Rav Shimon Kefa menulis Bileam menyukai upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat (II Pet 2:15). Karena menyintai upah yang perbuatan jahat Bileam membuat persekongkolan jahat dengan raja-raja Midian bahkan menjadi ‘otak’ pesta seks dan penyembahan berhala yang diselenggarakan oleh anak-anak perempuan Moab dan Midian untuk menjerat laki-laki Israel (25:1). Hashem menghukum orang Israel yang berdosa sehingga tanpa berperang bangsa ini kehilangan 24 ribu tentaranya (25:9). Rav Shaul menulis, Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (I Tim 6:10).

               Jadi jelas baik sumber rasuli maupun Tanakh melukiskan Bileam sebagai karakter yang jahat, mempunyai kepribadian yang terbelah, ada saatnya mampu mendengar suara Elohim tetapi tetap saja cinta akan uang ada dalam hatinya. Ada juga kemungkinan ia ada   seorang politheis (bertuhan banyak) yang memandang Elohim Israel sebagai salah satu dewa dalam kelompok dewa yang dikenalnya.     

               Balak mengirim utusan kepada Bileam dua kali. Yang pertama, Bileam bertanya kepada Elohim yang dijawab agar ia tidak pergi bersama mereka. Yang kedua, Bileam kembali bertanya kepada Elohim dan dijawab ia diizin pergi tetapi hanya melakukan yang diperintahkan Hashem. Namun ketika ia pergi, Hashem menjadi murka (22:22). Mengapa Tuhan demikian? Dalam bahasa Indonesia sulit dilihat sebabnya, namun dalam bahasa Ibrani jelas penyebabnya.  Pertama, Bileam pergi bersama (Ib im) pemuka Moab (22:21). RASHI, komentator Torah mengatakan im di sini menyatakan ia ‘bersatu dalam maksud’ dengan para pemuka Moab untuk mengutuk Israel. Elohim murka! Kedua, bangkitlah murka Elohim karena ia pergi (22:22). Karena ia pergi dalam bahasa Ibrani, ki holekh hu yang menyatakan sesungguhnya ia sendiri yang menentukan jalannya (R Shapira). Ini menunjukkan ia kelihatannya ‘bertanya/berdoa’ namun sesungguhnya ia sendiri yang menentukan apa yang akan dilakukannya.

Ini berbalikan dengan apa yang dilakukan Yeshua saat berdoa di Getzemani. Ia menyatakan kalau boleh lalukan cawan penderitaan ini daripadaNya, tetapi kemudian Ia menyerahkan kehendakNya kepada ABBA di Surga dengan berkata, “Jadilah kehendak MU” (Mat 26:2). Bagaimana kita berdoa? Apakah kita mengikuti cara Bileam atau cara Mesias Yeshua? Kita melihat langkah Bileam menuju kehancuran, sedangkan Yeshua mendapat perkenan dari ABBA Surgawi sehingga Ia pun dibangkitkan dari maut!

               Ketika Bileam pergi menunggang keledai betinanya, Malaikat TUHAN (YHVH, HASHEM)  menghalangi jalannya 3 kali. Siapa malaikat TUHAN itu? RASHI menjelaskan bahwa pemakaian  TUHAN menunjukkan bahwa Elohim menunjukkan belaskasihanNya dengan mengirim sesosok malaikat untuk menyelamatkan Bileam dari dosa dan kehancuran.  Ia memberi kesempatan 3 kali agar Bileam bertobat.

                Di sini kita melihat bahwa Bileam yang jahat sekali pun masih diberi kesempatan untuk bertobat, bahkan sampai 3 kali. Simon Kefa melakukan penyangkalan sebanyak 3 kali. Yeshua mengampuni Simon dengan memberi kesempatan 3 kali juga untuk mengakui kesalahan dan menyatakan kasihNya kembali kepadaNya (Yoh 21:15-17). Apakah kita juga dapat mengampuni orang dengan memberi kesempatan orang bertobat dan memperbaiki kesalahannya? Sesungguhnya, sebagai anak Tuhan kita diminta dan dimampukan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Yeshua HaMashiakh!

               Siapakah Malaikat TUHAN itu?  Siapakah Malaikat TUHAN itu? Telaah lexical yaitu fungsi kata dalam kalimat terhadap 20:20 dan 20:35 menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN di sini tidak lain adalah Elohim sendiri. Mengapa Elohim sendiri harus turun dengan memanifestasikan diri dalam tzimtzum dalam rupa Malaikat HASHEM? Karena kepergian Bileam berhubungan dengan nasib bangsa Israel yang harus dilindungi dari kutuk kehancuran yang akan diucapkan Bileam.

               Mishnah mengatakan bahwa para murid Abraham mempunyai 3 ciri, mata yang baik (ayin tovah),  roh rendah hati dan jiwa yang sederhana. Sebaliknya para murid Bileam memiliki mata jahat (ayin hara), roh pongah dan jiwa yang sombong (Pirkei Avot 5:21). Apa yang disebut dengan ayin hara (mata jahat)? Ayin hara adalah dorongan negatif yang terbentuk ketika seseorang melihat sesuatu dengan iri hati atau kebencian. Ayin hara dapat menular. Mulai dari  ketakutan akan manusia menjadi mata jahat dalam diri Balak. Ditularkan kepada Bileam dan menghacurkan banyak orang.  ‘Mata’ di sini bukan merujuk pada mata jasmani tetapi pada mata rohani, mata dari pikiran (eye of mind). Yeshua mengatakan, Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, jika matamu jahat (ayin hara), gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu (Mat 6:22-23).

 

 

 

Tanggal : 2019-07-21 || Sub Judul : Kin’ah : Giat Bersemangat - Mematikan Kedagingan Dalam Diri Kita!

Parasha  PINKHAS - ‘Mulut Tembaga’

(Bil  25:10 - 30:1)

Kin’ah : Giat Bersemangat - Mematikan Kedagingan Dalam Diri Kita!

  

    Setelah Bileam gagal mengutuk Israel, maka ia menyarankan metode  baru untuk menghancurkan Israel secara moral agar Tuhan sendiri yang menghukum umatNya.  Anak-anak perempuan Midian dan Moab diminta menyelenggarakan pesta pengorbanan dengan mengundang laki-laki Israel. Di situlah mereka merayu pria Israel untuk menyembah Baal Peor termasuk melakukan imoralitas seksual. Kedua hal ini, penyembahan berhala dan imoralitas di tengah Israel segera menarik hukuman Elohim kepada Israel sehingga ribuan pria Israel mati kena tulah.
         Ketika Moshe dan Aharon dan semua Israel sedang bertangis-tangisan di pintu Kemah Pertemuan (25:6), masuklah Zimri  ben Salu, dari bani Shimeon membawa perempuan Midian bernama Kozbi anak Zur, pemimpin Midian. Moshe melihatnya namun tidak berbuat apa-apa. Hal ini juga dilihat Pinkhas ben Eleazar ben Aharon. Ia segera mengejar mereka berdoa dan menghunjamkan tombak ke tubuh mereka berdua sampai mati. Maka berhentilah tulah yang melanda Israel.
         Mengapa Pinkhas bertindak mendahului Moshe? Dalam penyembahan anak lembu emas Moshe  dengan segera menangkap  nuansa dosa di dalamnya. Tetapi mengapa dalam insiden yang menelan korban jiwa berlipat ganda lebih banyak ia diam saja? Torah tak memberi keterangan. Namun Rashi, komentator Torah abad 11 menjelaskan hal ini terjadi karena Zipora, isteri Moshe pun seorang Midian. Zimri mempertanyakan Moshe, mengapa dirinya tidak boleh mengambil perempuan Midian sementara Moshe diperbolehkan? Karena itu Moshe diam. Kesenyapan Moshe seakan memberi kesempatan pada Pinkhas untuk bertindak sesuai dengan semangat dan kesungguhan hatinya (kin’ah, zealous). Semangat seperti ini ada pada Elia saat melawan nabi-nabi Baal.  Yokhanan Hamatbil tetapi juga pada Yeshua saat membersihkan Bait Suci.
       Mengapa Pinkhas melakukan tindakan tragis tersebut? Ia melihat puluhan ribu bangsanya mati kena tulah. Dan ia tahu penyebabnya adalah perzinahan dalam penyembahan Baal Peor. Untuk melindungi bangsanya, ia harus menghentikan penyembahan berhala yang terjalin dengan perzinahan terbuka itu. Pikiran itu muncul seketika ia melihat Zimri dan Kosbi memasuki perkemahan Israel. Perbuatan keduanya dihentikan oleh tombak Pinkhas.
      Apakah tindakan Pinkhas membunuh orang itu sah? Kalau Pinkhas membunuh Zimri saat ia terpisah dari dari Kozbi, maka Pinkhas dapat balik dibunuh karena ia telah membunuh orang (sebagai teroris). Tetapi Pinkhas dipandang sebagai zealot, pejuang kebenaran karena ia membunuh Zimri dan Kozbi pada saat mereka berdua sedang melakukan hubungan seksual di depan umum (b. mas Sanh 82a).
         Sementara di dalam diskusi rabbinik banyak yang mempertanyakan keabsahan tindakan Pinkhas, Elohim Israel justru berkenan akan tindakannya dengan memberi perjanjian damai (b’riti shalom) kepadanya. Rashi memberi ulasan berikut. Ibu Pinkhas adalah Putiel, seorang Midian (Kel 6:24). Putiel anak  Yitro, imam Midian yang memelihara lembu sapi untuk korban kepada berhala (sebelum ia beralih kepada Elohim Israel). Orang Israel mempertanyakan, bagaimana dengan garis keluarga yang seperti itu Pinkhas dibiarkan membunuh pemimpin suku Shimeon? Apalagi dilakukan di hadapan Moshe yang mengesankan melangkahi Moshe? Pembelaan Adonai akan Pinkhas terlihat Ia menyebutkan garis keluarga dari pihak ayah Pinkhas yaitu anak Eleazar, anak Aharon (25:11)
       Ibn Ezra, komentator Yehudi menjelaskan dengan perjanjian damai (b’riti shalom) tersebut Pinkhas dilindungi dari upaya pembalasan dari para pendukung Zimri dari suku Shimeon dan Israel lainnya.  Sementara Rashi menjelaskan sampai saat itu hanya Aharon dan anak-anaknya saja yang berstatus imam. Pinkhas sekali pun keturunan Aharon belum dihitung imam (masih dipandang Lewi saja). Melalui b’riti shalom, Pinkhas dikukuhkan menjadi imam selamanya (seterusnya).
       Elohim Israel bahkan bertindak lebih jauh dengan memerintahkan Israel untuk memandang bangsa Midian sebagai musuh dengan memerangi  mereka karena penyembahan berhala dan imoralitas seksual yang mereka rancang untuk menjatuhkan Israel (25:17-18). Pelajaran apa yang kita petik di sini?  Tindakah Pinkhas secara jasmani mempunyai paralel dalam hal rohani. Bagi murid-murid Yeshua, ini merupakan perlawanan terhadap penyembahan berhala  dan imoralitas seksual di abad 21. Rav Shaul menyebut hal-hal seperti ini sebagai ‘kedagingan’ dan ‘keduniawian’.
Rom 8:13  Sebab,  jika  kamu  hidup  menurut  daging,  kamu akan mati, tetapi j ika  oleh Roh  kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
         Zimri mati karena kedagingan. Sebaliknya Pinkhas karena membela kekudusan Elohim dan Israel menerima perjanjian damai. Dengan cara yang sama dalam     kehidupan  kita   sebagai  murid  Mesias  ‘perlawanan’  terhadap  keduniawian  dan kedagingan harus terus dilakukan.
          Rav Shaul menjelaskan lebih jauh dalam surat ke Jemaat Kolose.

Kol 3:5-10  Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan,  hawa  nafsu,  nafsu  jahat  dan juga
                 keserakahan, yang sama dengan  penyembahan berhala,
Kol 3:6      Semuanya itu mendatangkan murka Elohim (atas orang-orang durhaka).
Kol 3:7      Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
Kol 3:8      Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan  kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
Kol 3:9      Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia  lama serta kelakuannya,
Kol 3:10    dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar
                 (tzelem) Khaliknya.

         Perhatikan, segmen keduniawian dalam Kol 3:5 berbeda dengan Kol 3:8-9 (kedagingan, manusia lama), namun keduanya harus dibuang dari kehidupan murid-murid Yeshua. Mari kita hidup menurut Roh dengan mematikan perbuatan kedagingan supaya kita hidup, mengenakan manusia baru yang berkemenangan dalam Mesias !

Tanggal : 2019-07-28 || Sub Judul : Nazar/Sumpah: Pemegang Janji - Menghargai Nilai Perkataan

Dalam parasha ini Adonai mengajar umatnya untuk menghargai nilai perkataan yang diucapkannya sendiri. Setiap kata yang diucapkan seseorang mempunyai nilai. Tuhan sendiri menghargai setiap kata (Firman) yang diucapkanNya. Ia setia pada JanjiNya. Ia bukan hanya pembuat Janji tetapi lebih lagi, Ia Pemegang Janji. Sama seperti Elohim yang disembah, demikian juga umat yang menyembahNya akan diubah memiliki karakter yang sama yaitu sebagai Pemegang Janji.

               Dalam ayat  30:2 Moshe menulis tentang nazar (neder) dan sumpah (shevua). Apa beda nazar (neder, vow) dan sumpah (shevua, oath)?  Sumpah (shevua) adalah deklarasi resmi yang disampaikan dengan  khidmat atau janji, biasanya disampaikan kepada otoritas yang lebih tingi seperti Tuhan atau yang dianggap suci sebagai bukti dari kebenaran. Orang yang bersumpah melibatkan Tuhan sebagai Saksi. Kitab Suci menyarankan sumpah palsu dalam nama Tuhan akan mengakibatkan hukuman ilahi terhadap sang pendusta. Di zaman alkitab seseorang akan berkata sebagai ikatan, “Kiranya TUHAN berurusan denganku, sesuatu yang buruk terjadi, bila aku tidak melakukan ini dan itu.Sumpah terkait dengan diri pribadi pengucapnya (lihat Rut 1:17, I Sam 20:13).

                Abraham dan Abimelekh memateraikan perjanjian dengan mengangkat sumpah, karena itu tempat tu disebut Beersheva (Sumur Sumpah) karena mereka mengambil sumpah (Kej 21:31). Dalam Kej 24, hamba Abraham mengambil sumpah untuk menemukan isteri bagi Ishak. Dalam Kej 22:16-17 Elohim bersmpah demi diriNya sendiri untuk membebskan Abraham dengan perjanjian janji (juga dalam Ibr 6:13-16). Orang memakai Sumpah untuk membuktikan kejujuran dalam suatu perselisihan. Sumpah merupakan akhir dari suatu perselisihan (Ibr 6:16).

               Suatu nazar (neder) merupakan suatu nazar (janji) yang mengikat dirinya untuk membawa persembahan korban atau mendedikasikan sesuatu ke Bait Suci. Biasanya orang akan berkata, “ Jika hal itu akan terjadi, maka aku akan membawa ini dan itu”. Seorang yang ada dalam bahaya angin badai dapat bernazar, “ Jika TUHAN melepaskan aku dari badai ini, maka aku akan membawa persembahan damai”.  Ucapan nazar terkait dengan suatu objek. Mazmur mengindikasikan berbagai persembahan untuk memenuhi nazar. Im 7:16 memperkenalkan persembahan kedamaian yang disebut persembahan nazar (neder).  Yaakov melakukan neder (nazar) untuk memberi perpuluhan kepada Adonai  bila ia dipelihara dan dapat kembali ke rumah ayahnya (Kej 28:20-22). Ia membayar nazarnya (Kej 35:6-7). Di lingkungan Kristen bangsa-bangsa ini dikenal sebagai ‘Janji Iman’.

               Imamat 27 berbicara tentang nazar resmi yang dibuat orang di Bait Suci yang melibatkan binatang, tanah dan diri seseorang.  Salah satu nazar untuk menggantikan persembahan korban dengan pembatasan pribadi. Sebagai contoh, “ Jika TUHAN melepaskan aku dari badai ini, maka aku tidak mau minum tuak lagi ”.

                Dalam Judaism, nazar (neder) diperluas menjadi setiap deklarasi yang dibuat seseorang atau janji untuk melakukan sesuatu. Setiap kewajiban atau pembatasan yang diberlakukan terhadap dirinya sendiri. Nazar dari seorang  nazir dalam Bilangan 6 merupakan contoh baik bagi nazar alkitabiah. Seseorang mengambil nazar untuk membatasi dirinya sendiri dari sesuatu (produk anggur, sentuhan dengan jenazah, dan potong rambut), sementara mewajibkan dirinya sendiri untuk membawa persembahan untuk melengkapi nazar itu sendiri. Hal yang dinazarkan disebut issar. Kata kerja asar berarti mengikat sesuatu. Sedangkan issar menjadi ikatan yang diterapkan pada seseorang.

               Mengapa di lingkungan Yehudi ada anjuran bernazar namun ada  juga yang  tidak? Mishnah menganggap nazar merupakan alat yang bermanfaat untuk membatasi kesenangan jasmaniah. Sementara Talmud Yerusalem menyarankan untuk menghindari nazar/sumpah.

               Mengapa di lingkungan Yehudi ada anjuran bernazar namun ada  juga yang  tidak? Mishnah menganggap nazar merupakan alat yang bermanfaat untuk membatasi kesenangan jasmaniah. Sementara Talmud Yerusalem menyarankan untuk menghindari nazar/sumpah. Namun sesungguhnya kedua dokumen tersebut tidak saling bertentangan kerena keduanya dialamatkan kepada kelompok orang yang berbeda! Misnah menyasar orang yang tak bisa mengendalikan diri dari kesenangan jasmaniah yang berlebihan. Sementara Talmud Yerusalem menyasar orang yang mampu memakai hal-hal jasmaniah untuk kepentingan rohani. Terhadap orang seperti ini, tidak diperlukan pembatasan diri dengan nazar bersifat negatif  \(Likutei Sichos\).

Suami dapat membatalkan sumpah isterinya 30:4-5

Sumpah/nazar yang tak dapat dilaksanakan dapat dibatalkan oleh Otoritas yang lebih lebih tinggi. Suami dapat membatalkan sumpah/nazar isterinya. Ini mengajar adanya otoritas dalam rumah tangga. Ayah dapat membatalkan sumpah/nazar dari anaknya. Jangan biarkan anak Saudara berbicara sembarang (misal lebih baik aku mati) atau pun menirukan tatacara agama lain. Dengan cara yang sama, nazar pribadi umat Tuhan (dikiaskan sebagai mempelai wanita- isteri) dapat dibatalkan dengan otoritas nama Yeshua (dikiaskan sebgai mempelai pria- suami).

Membatalkan sumpah (Bil 30:2)

Jika seorang pria dewasa melakukan sumpah yang tak dapat dipenuhinya, bagaimana membatalkannya? Disepakati oleh pemimpin Israel, pembatalan sumpah dapat dilakukan oleh sidang para rabbi (beit din) sepanjang sumpah itu tidak terkait dengan orang lain, seperti sumpah  pernikahan atau perjanjian yang mengikat dua belah pihak. Dalam hal menyangkut orang lain, pihak lainnya harus  menyetujui (tidak dapat dilakukan sepihak).

 

Tanggal : 2019-08-04 || Sub Judul : Mempersiapkan Generasi Penerus Kita

     

Parasha : Devarim  – kata-kata –  
(Ulangan 1:1—3:22)
Mempersiapkan Generasi Penerus kita.........

 



Shabbat ini (10 Agustus 2019) disebut Shabbat Khazon, yang umumnya jatuh satu pekan sebelum peringatan Tisha b’Av (9 Av) denganberpuasadan meratap. Namun pada tahun ini, Tisha b’Av jatuh pada hari Shabbat yang dirayakan dengan sukacita. Karena itu peringatan Tisha b’Av dilakukan sesudah Havdalah, penutupan Shabbat. Tisha b’Av merupakan peringatan penghancuran Bait Suci I tahun 586 sM dan Bait Suci II pada tahun 70. Keduanya dihancurkan pada tanggal yang sama, 9 Av. Disamping itu menurut perhitungan para rabbi, penolakan bangsa Israel memasuki tanah Kanaan yang Dijanjikan juga terjadi pada tanggal 9 Av. Demikian juga, pengusiran orang Yehudi dari Sepanyol terjadi pada 9 Av yang sama.
      Perlu ditambahkan bahwa dalam Talmud (Berakhot 2.4) atau literatur rabbinik lainnya dinyatakan bahwa Moshiakh lahir pada tanggal 9 Av pada saat Bait Suci dihancurkan (Bait Suci II). Pemahaman seperti ini tentu dimaksudkan sebagai suatu dimensi pewahyuannya dan bukan sebagai kelahiran secara jasmani (Maharal dan Abarbanel). Mengapa ada pewahyuan kelahiran Moshiakh pada 9 Av? Ini sesungguhnya merupakan bentuk pengharapan bahwa Bait Suci akan dibangun kembali oleh Moshiakh. Jadi Ia lahir pada saat Bait dihancurkan sesungguhnya untuk menunjukkan masih ada harapan membangun Bait III !  Jadi ini  bukan kelahiran secara hurufiah  tetapi merupakan pemahaman alegoris (kiasan)  dalam pemikiran rabbinik.
        Shabbat Khazon ditandai dengan membaca Kitab Yesaya pasal 1 yang memuat Visi (khazon, penglihatan) nabi Yesayahu (Yes 1:1). Perhatikan sikap hidup orang Yehudi, pada saat mereka memperingati kehancuran Bait Suci di masala lalu, mereka  malah melihat visi ke depan. Mereka tentu ada dalam sikap prihatin apalagi ditambah dengan puasa 24 jam, namun mereka justeru memandang dengan Visi ke depan pada pemulihan yang berasal dari Tuhan.
          Dalam parasha ini Moshe berbicara kepada generasi baru Israel, generasi yang lahir di padang gurun. Generasi baru Israel ini tak pernah mengenal Mesir dengan kesuburannya; tidak pernah mengalami perbudakan; lahir dan besar di padang gurun yang serba terbatas dan karena itu merindukan tanah perjanjian. Sebaliknya generasi lama, orang tua mereka yang keluar dari Mesir  merupakan generasi yang tak dapat melupakan nikmatnya makanan Mesir dengan bawang prei dan secara jiwani terikat dengan kehidupan di Mesir.
       Bagaimana generasi baru ini dapat melihat trend kehidupan yang berkesinambungan dengan generasi sebelumnya? Moshe membekali mereka dengan sejarah agar mereka mengetahui dimana meeka berada, bagaimana mereka ada di situ dan dari mana serta mau kemana mereka pergi. Moshe menjelaskan apa yang dilakukan oleh ayah-ayah mereka yang menolak masuk tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan. Ia menceritakan semuanya agar generasi baru ini tidak melakukan kesalahan yang sama. Ini perlunya kita juga belajar sejarah masa lalu untuk menghindari kekeliruan di masa depan! Moshe menjelaskan hal prinsip seperti 10 Firman sebagai landasan kehidupan rohani.
Prinsip kebebasan memilih, mentaati perintah Tuhan atau menyepelekannya yang berakibat pada  berkat atau kutuk dalam kehidupan.
         Kita juga mengalami pergantian generasi. Generasi baru datang seperti gelombang laut, gelombang yang terdahulu didorong oleh gelombang berikutnya. Generasi Baby boomer (lahir sebelum 1960) diganti dengan Generasi X (1960-1985) yang digantikan lagi oleh Generasi Y atau Generasi Milenia (1985-1995). Kemudian muncul Generasi Z (Zeer, 1995-2005) yang dilanjutkan oleh Generasi Alpha (2005-2015). Masing-masing generasi mempunyai nilai yang bergeser. Cara komunikasinya juga berbeda. Media cetak bahkan media TV sudah diganti dengan gadget. Ketergantungan pada  gadget sebagai alat komunikasi tak personal semakin parah. Nilai-nilai, gaya hidup, cara mnakan dan cara berpakaian pun berubah.
        Dalam situasi demikian, bagaimana kita mempertahankan nilai-nilai prinsip dalam keluarga orang percaya? Adonai sudah memerintahkan untuk melakukan Shabbat yang dilakukan dalam keluarga (Erev Shabbat). Tanpa melakukannya maka kita tidak menerima berkat yang melekat dengan ketaatan terhadap perintah Shabbat. Erev Shabbat memiliki keunikan karena di dalamnya ada kepemimpinan ayah/suami, penghargaan suami terhadap isteri (Amsal 31), berkat ayah kepada anak-anaknya, ucapan syukur keluarga atas b erkat dan pemeliharaan Adonai, Gembala yang baik. Memahami pentingnya nilai-nilai pengajaran Adonai bagi generasi mendatang, maka setiap keluarga perlu mengusahakan dan berkomitmen melakukan Erev Shabbat secara konsisten!
       Upaya lain untuk mendapatkan kesinambungan generasi adalah melibatkan generasi muda dalam seluruh tata ibadah orang dewasa. Talenta-talenta pelayanan kaum muda harus mendapat ruang untuk berkembang dalam pelayanan Jemaat dewasa (baca Torah Ibrani, Khazan, Pujian, Musik, Organisasi dan Kepemimpinan, dsb).
 
 Mempersembahkan hidup membawa Perubahan Kapasitas Hidup
        Kepada generasi baru Israel Moshe dengan bersemangat menguraikan Torah (1:5). Ternyata Moshe mampu berbicara dengan fasih. Bukankan tugas ini pernah ditolaknya pada saat Elohim memerintahkannya pertama kali pergi menyampaikan pesan kepada Firaon (Kel 4:10-11)?   Ada penafsiran bahwa Moshe enggan berbicara kepada Firaun karena di sana ada banyak orang dari berbagai bangsa yang akan bertanya dengan berbagai bahasa di dunia yang tak akan bisa dijawab oleh Moshe satu per satu (Midrash Tanchuma, Devarim 2). Kita dapat juga melihat ada perasaan tak cukup dalam diri Moshe ketika pertama mau menjalankan tugasnya. Ini juga yang sering kita alami. Tetapi kita melihat perubahan dalam diri Moshe, sesudah ia taat dan mengalami perjumpaan dengan Adonai di Sinai, ia dimampukan! Kapasitas dirinya meningkat untuk melakukan tugas-tugasnya. Demikian juga dengan kita, saat kita mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang hidup kepada Sang Raja maka Ia sanggup memampukan kita untuk melakukan kehendakNya (Rom 12:1).     

 

Tanggal : 2019-08-04 || Sub Judul : Nazar/Sumpah : Pemegang Janji - Menghargai Nilai Perkataan

Parasha : Devarim  – kata-kata –   (Ulangan 1:1—3:22)

 

Mempersiapkan Generasi Penerus  kita...

 

       Shabbat ini (10 Agustus 2019) disebut Shabbat Khazon, yang umumnya jatuh satu pekan sebelum peringatan Tisha b’Av (9 Av) dengan berpuasa dan meratap. Namun pada tahun ini, Tisha b’Av jatuh pada hari Shabbat yang dirayakan dengan sukacita. Karena itu peringatan Tisha b’Av dilakukan sesudah Havdalah, penutupan Shabbat. Tisha b’Av merupakan peringatan penghancuran Bait Suci I tahun 586 sM dan Bait Suci II pada tahun 70. Keduanya dihancurkan pada tanggal yang sama, 9 Av. Disamping itu menurut perhitungan para rabbi, penolakan bangsa Israel memasuki tanah Kanaan yang Dijanjikan juga terjadi pada tanggal 9 Av. Demikian juga, pengusiran orang Yehudi dari Sepanyol terjadi pada 9 Av yang sama.

      Perlu ditambahkan bahwa dalam Talmud (Berakhot 2.4) atau literatur rabbinik lainnya dinyatakan bahwa Moshiakh lahir pada tanggal 9 Av pada saat Bait Suci dihancurkan (Bait Suci II). Pemahaman seperti ini tentu dimaksudkan sebagai suatu dimensi pewahyuannya dan bukan sebagai kelahiran secara jasmani (Maharal dan Abarbanel). Mengapa ada pewahyuan kelahiran Moshiakh pada 9 Av? Ini sesungguhnya merupakan bentuk pengharapan bahwa Bait Suci akan dibangun kembali oleh Moshiakh. Jadi Ia lahir pada saat Bait dihancurkan sesungguhnya untuk menunjukkan masih ada harapan membangun Bait III !  Jadi ini  bukan kelahiran secara hurufiah  tetapi merupakan pemahaman alegoris (kiasan)  dalam pemikiran rabbinik.

        Shabbat Khazon ditandai dengan membaca Kitab Yesaya pasal 1 yang memuat Visi (khazon, penglihatan) nabi Yesayahu (Yes 1:1). Perhatikan sikap hidup orang Yehudi, pada saat mereka memperingati kehancuran Bait Suci di masala lalu, mereka  malah melihat visi ke depan. Mereka tentu ada dalam sikap prihatin apalagi ditambah dengan puasa 24 jam, namun mereka justeru memandang dengan Visi ke depan pada pemulihan yang berasal dari Tuhan.

          Dalam parasha ini Moshe berbicara kepada generasi baru Israel, generasi yang lahir di padang gurun. Generasi baru Israel ini tak pernah mengenal Mesir dengan kesuburannya; tidak pernah mengalami perbudakan; lahir dan besar di padang gurun yang serba terbatas dan karena itu merindukan tanah perjanjian. Sebaliknya generasi lama, orang tua mereka yang keluar dari Mesir  merupakan generasi yang tak dapat melupakan nikmatnya makanan Mesir dengan bawang prei dan secara jiwani terikat dengan kehidupan di Mesir.

       Bagaimana generasi baru ini dapat melihat trend kehidupan yang berkesinambungan dengan generasi sebelumnya? Moshe membekali mereka dengan sejarah agar mereka mengetahui dimana meeka berada, bagaimana mereka ada di situ dan dari mana serta mau kemana mereka pergi. Moshe menjelaskan apa yang dilakukan oleh ayah-ayah mereka yang menolak masuk tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan. Ia menceritakan semuanya agar generasi baru ini tidak melakukan kesalahan yang sama. Ini perlunya kita juga belajar sejarah masa lalu untuk menghindari kekeliruan di masa depan! Moshe menjelaskan hal prinsip seperti 10 Firman sebagai landasan kehidupan rohani.

Prinsip kebebasan memilih, mentaati perintah Tuhan atau menyepelekannya yang berakibat pada  berkat atau kutuk dalam kehidupan.

         Kita juga mengalami pergantian generasi. Generasi baru datang seperti gelombang laut, gelombang yang terdahulu didorong oleh gelombang berikutnya. Generasi Baby boomer (lahir sebelum 1960) diganti dengan Generasi X (1960-1985) yang digantikan lagi oleh Generasi Y atau Generasi Milenia (1985-1995). Kemudian muncul Generasi Z (Zeer, 1995-2005) yang dilanjutkan oleh Generasi Alpha (2005-2015). Masing-masing generasi mempunyai nilai yang bergeser. Cara komunikasinya juga berbeda. Media cetak bahkan media TV sudah diganti dengan gadget. Ketergantungan pada  gadget sebagai alat komunikasi tak personal semakin parah. Nilai-nilai, gaya hidup, cara mnakan dan cara berpakaian pun berubah.

        Dalam situasi demikian, bagaimana kita mempertahankan nilai-nilai prinsip dalam keluarga orang percaya? Adonai sudah memerintahkan untuk melakukan Shabbat yang dilakukan dalam keluarga (Erev Shabbat). Tanpa melakukannya maka kita tidak menerima berkat yang melekat dengan ketaatan terhadap perintah Shabbat. Erev Shabbat memiliki keunikan karena di dalamnya ada kepemimpinan ayah/suami, penghargaan suami terhadap isteri (Amsal 31), berkat ayah kepada anak-anaknya, ucapan syukur keluarga atas b erkat dan pemeliharaan Adonai, Gembala yang baik. Memahami pentingnya nilai-nilai pengajaran Adonai bagi generasi mendatang, maka setiap keluarga perlu mengusahakan dan berkomitmen melakukan Erev Shabbat secara konsisten!

       Upaya lain untuk mendapatkan kesinambungan generasi adalah melibatkan generasi muda dalam seluruh tata ibadah orang dewasa. Talenta-talenta pelayanan kaum muda harus mendapat ruang untuk berkembang dalam pelayanan Jemaat dewasa (baca Torah Ibrani, Khazan, Pujian, Musik, Organisasi dan Kepemimpinan, dsb).

 

 Mempersembahkan hidup membawa Perubahan Kapasitas Hidup

        Kepada generasi baru Israel Moshe dengan bersemangat menguraikan Torah (1:5). Ternyata Moshe mampu berbicara dengan fasih. Bukankan tugas ini pernah ditolaknya pada saat Elohim memerintahkannya pertama kali pergi menyampaikan pesan kepada Firaon (Kel 4:10-11)?   Ada penafsiran bahwa Moshe enggan berbicara kepada Firaun karena di sana ada banyak orang dari berbagai bangsa yang akan bertanya dengan berbagai bahasa di dunia yang tak akan bisa dijawab oleh Moshe satu per satu (Midrash Tanchuma, Devarim 2). Kita dapat juga melihat ada perasaan tak cukup dalam diri Moshe ketika pertama mau menjalankan tugasnya. Ini juga yang sering kita alami. Tetapi kita melihat perubahan dalam diri Moshe, sesudah ia taat dan mengalami perjumpaan dengan Adonai di Sinai, ia dimampukan! Kapasitas dirinya meningkat untuk melakukan tugas-tugasnya. Demikian juga dengan kita, saat kita mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang hidup kepada Sang Raja maka Ia sanggup memampukan kita untuk melakukan kehendakNya (Rom 12:1).     

Tanggal : 2019-08-11 || Sub Judul : Kasih Karunia Tidak Meniadakan Kedaulatan Tuhan

Parasha Va’etchanan

(Ulangan 3:23 ~ 7:11)

Kasih Karunia Tidak Meniadakan Kedaulatan Tuhan

 

       Moshe  datang memohon (va’etkhanan) kepada Adonai  untuk memasuki Tanah Perjanjian (3:23).  Ia tentu ingin sekali mengalami Janji Adonai dengan memasukinya. Namun ia tidak menganggap memasuki Tanah Perjanjian itu sebagai ‘upah’nya. RASHI komentator Torah mengatakan va’etkhanan merupakan bentukan dari kata khanan yang berarti permohonan akan sesuatu pemberian  yang bukan karena upah (unearned gift).  Dengan memakai  kata khanan, ia menyadari bahwa segala  perbuatan baiknya tidak dapat dijadikan alasan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.  Dengan rendah hati ia hanya memohon pemberian yang bukan bersifat upah.

       Berapa kali Moshe berdoa? Apakah hanya satu kali? Dalam bahasa di luar Ibrani dikesankan ia berdoa satu kali.  Adalah kerinduan  orang beriman, untuk memasuki Tanah Perjanjian dari Tuhan. Yehoshua dan Kaleb saja merindukannya, apalagi Moshe yang telah bercapai lelah memimpin bangsanya untuk memasuki tanah ini. Para rabbi mengatakan ia berdoa 515 kali  untuk hal ini. Darimana mereka dapat angka ini? Gematria va’etkhanan adalah 515. Moshe memohon augerah (va’etkhanan), ia memohon 515 kali. Apa hasilnya? Permohonannya ditolak. Aduh tega sekali Adonai ini?

       Kita belajar di sini bahwa kasih karunia tidak dapat meniadakah kedaulatan Tuhan. Kalau saudara minta sesuatu yang baik menurut Saudara, tidak berarti Saudara dapat mendikte kehendak Saudara kepada pihak lain yang dalam hal ini adalah Tuhan. Mengapa? Karena  pihak lain (Tuhan) mempunyai kedaulatan sendiri. Kita lihat di sini bahwa sekali pun Bapa memberi anugerah, tak berarti kedaulatanNya tidak berfungsi. Kasih karunia tidak dapat meniadakan Kedaulatan Tuhan dan sebaliknya.

        Sikap Moshe dapat mengajukan permohonan mengingatkan kita akan doa Yeshua di taman Getzemani yang memohon agar cawan penderitaan itu berlalu dari padaNya. Di situ pun kita melihat Yeshua tidak bersikeras dengan permohonannya melainkan menyerahkannya kepada kedaulatan BapaNya. Ini perlu menjadi kekayaan sikap kita dalam hal mengajukan permohonan kepada Abba Surgawi. Ada saatnya dengan pimpinan Ruakh kita memohon dengan kuat dan penuh keyakinan.  Namun ada saatnya juga kita menundukkan diri kepada kedaulatan Abba dan menyerahkannya kepada kehendakNya yang sempurna. Ini pun tetap dipimpin oleh Ruakh Hakodesh.

Pelihara dan Ingatlah hari Shabbat (Ul 5:12; Kel 20:8)

Dalam 5:12 (LAI) tertulis, Ingat dan Kuduskanlah hari Shabbat, persis sama dengan Kel 19:8. Namun dalam bahasa Ibrani ada varian, kata yang dipakai dalam 2 ayat tersebut berbeda. Zakor-ingat- et yom haShabbat leqadso (Kel 19:8). Shamor-pelihara- et yom haShabbat leqadso (Ul 5:12). Karena berbeda, harus ada salah satu yang salah. Karena itu LAI menyamakannya agar tak ada pertentangan. Ini cara berpikir linear Yunani! Akibatnya para  pembacanya tidak mengetahui Firman Tuhan secara tepat. Dalam pikiran siklis Ibrani, keduanya benar! Bagaimana mungkin?  Tuhan memaksudkan keduanya dalam satu perintah.  Ini sulit dipahami bagi makhluk dari daging dan darah, tetapi daalam Maz 62:12 dikatakan, Satu kali Elohim berfirman, dua hal yang aku dengar (Mechilta, BaChodesh 7).

Shabbat harus diingat dan dipelihara!

Menginginkan dan Menghasratkan (5:21)

Varian yang lain muncul dalam Perintah ke sepuluh dan ini tidak terekam dalam terjemahan LAI.  Dalam Keluaran 20:17 tertulis, Jangan mengingini  (chamad, tamak untuk memiliki) rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."  Tetapi dalam Ulangan 5:21 tertulis, jangan menghazratkan (avah, mengingini) rumah sesamamu. Apa beda chamad (tamak) dengan avah (mengingini) ? Chazal menafsir tamak (chamad) sebagai merencanakan memiliki harta orang lain (Mechilta Bachodesh 8). Sebaliknya, seseorang diperbolehkan  mengingini (avah) barang yang dijual oleh pemiliknya. Namun ia tidak boleh menginginkan barang yang tidak dijual oleh pemiliknya.  Bila demikian ia tak boleh mentamakinya dengan membuat rencana untuk mengambil itu. Keinginan akan suatu milik itu ada batasnya. Perlu pimpinan Roh untuk berhenti pada batasnya yang diperkenankan.

                Sebagai contoh, orang yang merencanakan membobol kandang sapi seseorang jelas masuk dalam mentamaki  (chamad) milik orang  lain. Ini jelas salah. Tetapi tetap juga salah, bila seseorang  melihat sapi tetangga dan menginginkan (avah) seraya berkata, “Aduh gemuknya sapi itu,aku mau memilikinya?” Dalam ucapannya sudah ada perasaan ingin memiliki milik orang lain. Bila sapi itu tidak dijual, maka perasaan itu harus diabaikan saja.

                  Dalam  Rom 7:7-8, Rav Shaul berbicara tentang tamak, “ Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan : "Jangan mengingini (mentamaki)!" Junjungan Yeshua bahkan mengajarkan agar tidak melihat isteri orang lain dengan hasrat (ia berkataMat 5:28-29). 

                Menginginkan yang bukan milik kita langsung bertentangan dengan Elohim yang kita percayai akan  menyediakan segala yang kita sungguh-sungguh diperlukan. Tamak menunjukkan bahwa kita tidak sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan akan mencukupi keperluan kita.

                Pedoman kehidupan sehari-hari orang percaya bangsa-bangsa abad I yang disebut kitab  Didakhe juga mengajarkan yang sama, ” Jangan kamu tamak”. Lawan dari tamak adalah puas. Dalam buku Pirkei Avot, Ben Zoma berkata, “Siapakah orang kaya? Dia yang berbahagia dengan tanah miliknya sendiri.”  Searah dengan itu, Rav Shaul menasehati Timotius, “Tetapi, kesalehan dengan rasa cukup, itu adalah alat penghasilan yang besar” (I Tim 6:6). Kepada jemaat Filipi , “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan , sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”  (Flp 4:11).

Tanggal : 2019-08-18 || Sub Judul : Kesetiaan, Syarat Mendapat Berkat dalam Perjanjian

Parasha  Ekev  - sebagai akibat  -   (Ulangan 7:12 - 11:25)

 

Kesetiaan, Syarat Mendapat Berkat dalam Perjanjian

 

Ulangan 7:12  Dan akan terjadi, karena  (ekev) kamu mendengarkan semua peraturan (hamishpatim) itu serta melakukannya, maka TUHAN, Elohimmu, akan memegang perjanjian (b’rit) dan kemurahan-Nya (hakhesed)  yang telah Dia ikrarkan dengan sumpah (shava, shevua) kepada leluhurmu (avoteikha).

      Parasha ini dibuka dengan permintaan kepada Israel untuk mendengar dan melakukan semua peraturan (mishpatim) dan karenanya (ekev) maka mereka akan menerima kemurahan (khesed) yang diikrarkan TUHAN kepada nenek moyang mereka. Kata ekev juga berarti tumit. Karena itu secara kiasan, para rabbi (Onkelos, Saadiah Gaon, Ibn Ezra)menganggap hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan umat Tuhan (Israel) mengabaikannya  dengan cara ‘menaruh peraturan Tuhan di bawah tumitnya’. 

       Apa yang disampaikan Moshe ternyata merupakan nubuat karena sejarah menyatakan bahwa Israel sesudah memasuki Tanah Perjanjian berulang-ulang mengabaikan peraturan TUHAN sehingga mereka harus mengalami berbagai duka nestapa. Namun hal ini juga sering terjadi pada umat Tuhan di abad 21 ini, kita melupakan peraturan Tuhan dengan memakai ‘pemikiran kita sendiri’ dan berakhir dengan duka nestapa yang sama.

       Tetapi TUHAN dalam Torah menjamin bahwa jika Israel  mendengar dan melakukan mishpatim (perintah yang mengatur hubungan antar manusia), maka Ia akan memberi kasih setia (khesed) yang dijanjikan kepada nenek moyang mereka yaitu Abraham. Sedangkan mishpatim merupakan satu kategori perintah dalam Torah (Perjanjian Sinai) yang mengatur hubungan antar sesama manusia yang diatur oleh landasan ‘kasihilah sesamamu manusia’ (Im 19:18).

        Perjanjian (b’rit) dalam Torah dapat mengambil bentuk perjanjian tanpa syarat seperti perjanjian Abraham. Tetapi dapat juga berbentuk perjanjian bersyarat seperti perjanjian Sinai (Moshe). Dalam perjanjian Abraham, pihak TUHAN lebih berperan memegang perjanjian. Sedangkan dalam perjanjian Sinai, kedua belah pihak dituntut

        Jelas ayat ini berbicara tentang  perjanjian Sinai yang dipegang yang harus dipegang dengan setia oleh bangsa Israel dan jika  mereka melakukannya maka mereka akan  menerima ‘manfaat’ atau ‘berkat’  berupa kasih setia (khesed) dari  ‘perjanjian’ (b’rit)  dengan para leluhur mereka (jamak). Leluhur Israel utamanya adalah Abraham, Ishak dan Yaakov. Hal ini juga menunjukkan bahwa di hadapan Adonai Elohim, semua perjanjian dengan umatNya merupakan suatu kesatuan, suatu kesinambungan yang saling melengkapi dan bukan saling meniadakan!

 Sayang sekali, makna yang elok ini di kemudian hari dipahami secara miring oleh ajaran Dispensasi sebagai sesuatu yang memojokkan Israel. Konstruksi kalimat ayat ini,  .... karena ... (mendengar dan melakukan) ..., maka ... (akan diberi kemurahan)..., dipahami oleh penganut ajaran Dispensasi sebagai berkat dan keselamatan bagi Israel didapat karena perbuatan mereka. Sedangkan bagi gereja bangsa-bangsa, Tuhan menyediakan berkat dan keselamatan karena anugerah, bukan karena perbuatan. Karena itu mereka merumuskan suatu zaman yang disebut zaman Anugrah sebagai pengganti dari zaman Hukum. Akibatnya, gereja bangsa-bangsa lebih tinggi tingkatannya dari bangsa Israel. Bahkan ada pula ajaran yang melangkah lebih jauh dengan mengatakan gereja bangsa-bangsa sudah menggantikan Israel yang disebut ajaran Pengganti (Replacement Theology).

       Tentu saja tafsir seperti ini tidak berlandaskan pada pemahaman sifat-sifat perjanjian yang ada di Timur Tengah kuno. Perlu ditambahkan, tafsir seperti ini menunjukkan adanya  nuansa anti semitik dalam teologi Kristen.

 

Patung-patung berhala dibakar dan  jangan ada dalam rumahmu (7:25-26)

Sebelum generasi baru Israel masuk ke Kanaan yang dijanjikan, Adonai memerintahkan agar patung berhala mereka harus dibakar habis, baik kayu, perak maupun emas. Perintah ini terdengar seperti model Taliban/NIIS. Mengapa Tuhan memerintahkan demikian? Karena jika Israel mengambil alih dewa-dewa mereka, Israel pun akan ditumpas. Kita melihat murka Tuhan akan berhala yang menduakan diriNya. Namun perlu dicatat, perintah itu hanya berlaku bagi Tanah Perjanjian yang bersifat Daerah Khusus Tanah Perjanjian bagi Elohim Israel.

       Umat Israel diperintahkan tidak menjadi sayang dengan benda-benda berhala sekalipun dari perak dan emas, dilarang menaruh semua itu di rumah mereka. Ini menjadi patokan kekudusan rumah tangga murid-murid Yeshua bahkan di abad 21 ini. Dalam pelayanan pelepasan, kita belajar bahwa benda-benda okultis yang di taruh di rumah kita dapat menjadi ‘antena’ bagi kuasa kegelapan untuk mengganggu kehidupan rumah tangga kita. Karena itu singkirkan dari rumah kita segala benda-benda yang mendorong pada penyembahan berhala (idolatry) seperti jimat, patung dewa dewi, gambar sesembahan lain. Ini juga termasuk gambar-gambar seronok  yg berseliweran di dunia maya agar jangan sampai bersarang di gadget dan pikiran murid-murid Yeshua!

Tanggal : 2019-08-25 || Sub Judul : Taat mengundang Berkat; Berbagi Mengundang Sukacita

Parashat  Re’eh - Lihat
(Ulangan  11:26—16:17)  

Taat mengundang Berkat; Berbagi Mengundang Sukacita

           Sejak pasal 1, Moshe telah menasehati generasi baru Israel untuk mendapat visi (Ibr re’eh) dari Adonai, untuk melihat tanah perjanjian seperti Adonai melihatnya. Umat Tuhan diminta melihat dengan mata rohani dan bukan mata jasmaniah saja. Parasha ini pun dibuka dengan re’eh anokhi noten lifnekhem berakha ukelalah (11:26), Lihatlah aku memberi ke hadapanmu berkat (berakha) dan kutuk (kelala). Re’eh (dalam bentuk tunggal) merujuk agar seluruh Israel mempunyai satu visi. Mentaati perintah Adonai agar diberkati dan menjauhi kutuk. Moshe ingin umat Israel melihat  tanah perjanjian dengan visi Tuhan. Umat Tuhan diminta melihat dengan mata rohani dan bukan mata jasmaniah saja. Moshe minta agar umat Tuhan tidak  melakukan hal yang  benar menurut pandangan mereka sendiri (12:8).

      Moshe berkata, “Lihatlah aku”. Dalam bahasa Ibrani, Moshe berkata, “Re’eh anokhi” (Lihat Aku—formal) dan bukan ‘Re’eh ani” (Lihat aku– tak formal). Pemakaian ‘Anokhi’ mengingatkan kita akan ucapan ADONAI Elohim, “ Anokhi YHVH Elokheikha”  dalam 10 firman (Kel 20:1). Mengapa Moshe membahasakan diri seperti Adonai membahasakan diriNya? Mengapa Moshe tidak berkata ‘Lihatlah Adonai’? Moshe ingin menunjukkan bahwa kehidupannya merupakan bukti ‘berakhah’ (berkat) yang dilimpahkan Adonai. Komentator Ohr Chayim menyatakan bahkan Moshe mengajak umat itu melihat dirinya sebagai pewujudan dan personifikasi dari kebaikan Hashem. Setiap orang Israel diminta melihat Hadirat Ilahi hadir dalam diri Moshe. Umat Israel diminta untuk melihat  lebih dalam dari apa yang dilihatnya secara jasmani yaitu dalam dirinya  ada hadirat Adonai yang hidup. 

         Moshe, penebus awal secara pribadi memperhadapkan Israel kepada berkat dan kutuk seperti yang dilakukan oleh Bapa surgawi.  Hal ini mengingatkan kita akan apa yang dilakukan Yeshua ketika Ia dihadapkan kepada orang lumpuh, maka Ia berkata, Hai anakKu dosamu telah diampuni (Mark 2:5). Yeshua berkata bahwa di bumi Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa. Hal ini perlu dilihat dari kesejajaran antara Moshe dan Yeshua.

        Demikian juga Yeshua, penebus akhir, paralel dengan ucapan Moshe, berkata, “Barangsiapa melihat (re’eh) Aku ia telah melihat (re’eh) Bapa” (Yoh 14:9). Mengapa ia mengatakan demikian? Karena sebagai Anak Ia duduk dipangkuan Bapa dan menyatakanNya (Yoh 1:8). Ia keluar dan datang dari Bapa (Yoh 8:42). Karena apa yang diajarkanNya semua berasal dari Bapa (Yoh 8:28). Karena Ia tidak berbuat apa-apa dari dirinya sendiri. Ini berarti semua mujizat yang  dilakukanNya berasal dari Bapa surgawi. Ini jelas terlihat ketika pesta pernikahan kekurangan anggur sehingga Miryam meminta Yeshua untuk melakukan sesuatu. Tetapi Yeshua menjawabnya saatNya belum sampai. Mujizat yang dilakukannya utamanya atas kehendak BapaNya di surga, bukan Miryam ibuNya di bumi.

Nabi palsu (13:1-4).

      Jika seorang nabi atau seorang pemimpi yang membuat mujizat dan , namun membujuk umat Tuhan untuk mengikuti elohim lain yang tidak dikenal, maka umat Tuhan tidak diperbolehkan mendengarnya dan nabi itu perlu di nabi atau pemimpi itu harus dihukum mati (13:5).  Kalangan anti misionaris melihat bagian ini sebagai peringatan terhadap ajaran Yeshua karena sekali pun Ia  melakukan banyak mujizat, namun pengikutNya mempunyai pemahaman yang berbeda dengan umat Israel.

    Sesungguhnya mujizat yang dilakukan Yeshua tidak membuat umat Israel menyembah ilah lain. Justru mujizat yang dilakukanNya berasal dari Bapa surgawi sesuai dengan nubuat para nabi. Misalnya nubuat penyampaian kabar baik dan merawat orang yang remuk hatinya (Yes 61:1-2). Murid-muridNya semakin bersemangat memelihara Torah (Kis 21:20). Dalam doa murid-murid (tefilat haTalmidim) yang diajarkannya, Yeshua tetap mengajar mereka berdoa kepada Bapa Surgawi (Mat 6:9).

         Bagi orang Yehudim, nabi siapa pun yang menyatakan Torah sudah dibatalkan dan tidak berlaku harus dipandang nabi palsu sekali pun ia melakukan mujizat dan tanda heran. Ayat ini selalu digunakan untuk menolak Yeshua sebagai Mesias oleh Yudaisme modern. Mengapa? Karena agama Kristen menafsir dalam Matius 5:17, Yesus sudah menggenapi Torah untuk mengakhirinya. Paulus juga ditafsir mengatakan Yesus membatalkan torah (Ef 2:15). Di sini kaum mesianik perlu dapat berdiri dan menyuarakan Kebenaran Injil: Yeshua adalah Mesias Ilahi yang datang untuk  meneladani umat memenuhi perintah Torah!

Sukacita karena berbagi (12:7)

           Torah mewajibkan dua macam perpuluhan yang diambil dari hasil pertanian di tanah perjanjian (Israel) yaitu  perpuluhan pertama (maaser rishon) dan perpuluhan kedua (maaser sheni).  Keduanya  berjumlah 19% (perpuluhan pertama 10%, perpuluhan kedua 9%) dari hasil pertanian. Orang Yehudi sekarang menyebutnya dengan istilah tzedakkah yang besarnya bahkan lebih dari 21%. Tidak seperti perpuluhan pertama yang diberikan kepada orang Lewi, perpuluhan kedua dibawa ke Yerusalem dan dimakan bersama dengan keluarga dan para imam dan orang Lewi bersama-sama pada masa raya di kota Yerusalem.  Kita dapat menyebutkannya sebagai perpuluhan hari raya.

          Perpuluhan hari raya  atau perpuluhan Kedua (maaser sheni) ini harus dibawa ke tempat yang ditetapkan Adonai (Yerusalem)  memang dimaksudkan untuk dibagikan kepada sesama umat (12:7). Tuhan mengajar umatNya untuk mengalami sukacita pada hari raya dalam persekutuan dengan umat yang lebih luas dengan cara berbagi berkat yang sudah diterima kepada orang lain.  Dengan cara ini, umat Tuhan diajar bahwa mereka diberkati agar mereka membarkati orang lain juga. Diberkati untuk memberkati!

          Sebagai Jemaat Mesianik kita merayakan hari raya yang ditetapkan Tuhan (moadim) dalam 3 periode yaitu Pesakh, Shavuot dan Sukkot. Ini saatnya kita bersyukur dan bersukacita dengan berbagi dengan sesama saudara dan dengan yang berkekurangan. Ini merupakan bagian dari Ucapan Syukur kepada Adonai karena usaha kita diberkati Tuhan. Ketika Adonai memberkati kita, maka kita pun ingat bahwa kita harus jadi berkat bagi orang lain sehingga kita semua sama-sama bersukacita!

Tanggal : 2019-08-25 || Sub Judul : Taat mengundang Berkat; Berbagi Mengundang Sukacita

Parashat  Re’eh - Lihat
(Ulangan  11:26—16:17)  

Taat mengundang Berkat; Berbagi Mengundang Sukacita

           Sejak pasal 1, Moshe telah menasehati generasi baru Israel untuk mendapat visi (Ibr re’eh) dari Adonai, untuk melihat tanah perjanjian seperti Adonai melihatnya. Umat Tuhan diminta melihat dengan mata rohani dan bukan mata jasmaniah saja. Parasha ini pun dibuka dengan re’eh anokhi noten lifnekhem berakha ukelalah (11:26), Lihatlah aku memberi ke hadapanmu berkat (berakha) dan kutuk (kelala). Re’eh (dalam bentuk tunggal) merujuk agar seluruh Israel mempunyai satu visi. Mentaati perintah Adonai agar diberkati dan menjauhi kutuk. Moshe ingin umat Israel melihat  tanah perjanjian dengan visi Tuhan. Umat Tuhan diminta melihat dengan mata rohani dan bukan mata jasmaniah saja. Moshe minta agar umat Tuhan tidak  melakukan hal yang  benar menurut pandangan mereka sendiri (12:8).

      Moshe berkata, “Lihatlah aku”. Dalam bahasa Ibrani, Moshe berkata, “Re’eh anokhi” (Lihat Aku—formal) dan bukan ‘Re’eh ani” (Lihat aku– tak formal). Pemakaian ‘Anokhi’ mengingatkan kita akan ucapan ADONAI Elohim, “ Anokhi YHVH Elokheikha”  dalam 10 firman (Kel 20:1). Mengapa Moshe membahasakan diri seperti Adonai membahasakan diriNya? Mengapa Moshe tidak berkata ‘Lihatlah Adonai’? Moshe ingin menunjukkan bahwa kehidupannya merupakan bukti ‘berakhah’ (berkat) yang dilimpahkan Adonai. Komentator Ohr Chayim menyatakan bahkan Moshe mengajak umat itu melihat dirinya sebagai pewujudan dan personifikasi dari kebaikan Hashem. Setiap orang Israel diminta melihat Hadirat Ilahi hadir dalam diri Moshe. Umat Israel diminta untuk melihat  lebih dalam dari apa yang dilihatnya secara jasmani yaitu dalam dirinya  ada hadirat Adonai yang hidup. 

         Moshe, penebus awal secara pribadi memperhadapkan Israel kepada berkat dan kutuk seperti yang dilakukan oleh Bapa surgawi.  Hal ini mengingatkan kita akan apa yang dilakukan Yeshua ketika Ia dihadapkan kepada orang lumpuh, maka Ia berkata, Hai anakKu dosamu telah diampuni (Mark 2:5). Yeshua berkata bahwa di bumi Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa. Hal ini perlu dilihat dari kesejajaran antara Moshe dan Yeshua.

        Demikian juga Yeshua, penebus akhir, paralel dengan ucapan Moshe, berkata, “Barangsiapa melihat (re’eh) Aku ia telah melihat (re’eh) Bapa” (Yoh 14:9). Mengapa ia mengatakan demikian? Karena sebagai Anak Ia duduk dipangkuan Bapa dan menyatakanNya (Yoh 1:8). Ia keluar dan datang dari Bapa (Yoh 8:42). Karena apa yang diajarkanNya semua berasal dari Bapa (Yoh 8:28). Karena Ia tidak berbuat apa-apa dari dirinya sendiri. Ini berarti semua mujizat yang  dilakukanNya berasal dari Bapa surgawi. Ini jelas terlihat ketika pesta pernikahan kekurangan anggur sehingga Miryam meminta Yeshua untuk melakukan sesuatu. Tetapi Yeshua menjawabnya saatNya belum sampai. Mujizat yang dilakukannya utamanya atas kehendak BapaNya di surga, bukan Miryam ibuNya di bumi.

Nabi palsu (13:1-4).

      Jika seorang nabi atau seorang pemimpi yang membuat mujizat dan , namun membujuk umat Tuhan untuk mengikuti elohim lain yang tidak dikenal, maka umat Tuhan tidak diperbolehkan mendengarnya dan nabi itu perlu di nabi atau pemimpi itu harus dihukum mati (13:5).  Kalangan anti misionaris melihat bagian ini sebagai peringatan terhadap ajaran Yeshua karena sekali pun Ia  melakukan banyak mujizat, namun pengikutNya mempunyai pemahaman yang berbeda dengan umat Israel.

    Sesungguhnya mujizat yang dilakukan Yeshua tidak membuat umat Israel menyembah ilah lain. Justru mujizat yang dilakukanNya berasal dari Bapa surgawi sesuai dengan nubuat para nabi. Misalnya nubuat penyampaian kabar baik dan merawat orang yang remuk hatinya (Yes 61:1-2). Murid-muridNya semakin bersemangat memelihara Torah (Kis 21:20). Dalam doa murid-murid (tefilat haTalmidim) yang diajarkannya, Yeshua tetap mengajar mereka berdoa kepada Bapa Surgawi (Mat 6:9).

         Bagi orang Yehudim, nabi siapa pun yang menyatakan Torah sudah dibatalkan dan tidak berlaku harus dipandang nabi palsu sekali pun ia melakukan mujizat dan tanda heran. Ayat ini selalu digunakan untuk menolak Yeshua sebagai Mesias oleh Yudaisme modern. Mengapa? Karena agama Kristen menafsir dalam Matius 5:17, Yesus sudah menggenapi Torah untuk mengakhirinya. Paulus juga ditafsir mengatakan Yesus membatalkan torah (Ef 2:15). Di sini kaum mesianik perlu dapat berdiri dan menyuarakan Kebenaran Injil: Yeshua adalah Mesias Ilahi yang datang untuk  meneladani umat memenuhi perintah Torah!

Sukacita karena berbagi (12:7)

           Torah mewajibkan dua macam perpuluhan yang diambil dari hasil pertanian di tanah perjanjian (Israel) yaitu  perpuluhan pertama (maaser rishon) dan perpuluhan kedua (maaser sheni).  Keduanya  berjumlah 19% (perpuluhan pertama 10%, perpuluhan kedua 9%) dari hasil pertanian. Orang Yehudi sekarang menyebutnya dengan istilah tzedakkah yang besarnya bahkan lebih dari 21%. Tidak seperti perpuluhan pertama yang diberikan kepada orang Lewi, perpuluhan kedua dibawa ke Yerusalem dan dimakan bersama dengan keluarga dan para imam dan orang Lewi bersama-sama pada masa raya di kota Yerusalem.  Kita dapat menyebutkannya sebagai perpuluhan hari raya.

          Perpuluhan hari raya  atau perpuluhan Kedua (maaser sheni) ini harus dibawa ke tempat yang ditetapkan Adonai (Yerusalem)  memang dimaksudkan untuk dibagikan kepada sesama umat (12:7). Tuhan mengajar umatNya untuk mengalami sukacita pada hari raya dalam persekutuan dengan umat yang lebih luas dengan cara berbagi berkat yang sudah diterima kepada orang lain.  Dengan cara ini, umat Tuhan diajar bahwa mereka diberkati agar mereka membarkati orang lain juga. Diberkati untuk memberkati!

          Sebagai Jemaat Mesianik kita merayakan hari raya yang ditetapkan Tuhan (moadim) dalam 3 periode yaitu Pesakh, Shavuot dan Sukkot. Ini saatnya kita bersyukur dan bersukacita dengan berbagi dengan sesama saudara dan dengan yang berkekurangan. Ini merupakan bagian dari Ucapan Syukur kepada Adonai karena usaha kita diberkati Tuhan. Ketika Adonai memberkati kita, maka kita pun ingat bahwa kita harus jadi berkat bagi orang lain sehingga kita semua sama-sama bersukacita!

Tanggal : 2019-09-01 || Sub Judul : Loyalitas Orang Percaya : Ajaran Rasuli & Sanhendrin

Parasha  Shoftim - hakim-hakim
(Ulangan 16:18—21:9) 

Loyalitas Orang Percaya : Ajaran Rasuli & Sanhendrin

Menghargai Sanherin (17:10-11)

         Elohim memerintahkan mengangkat hakim  bagi umat Israel untuk menjunjung keadilan. Lembaga peradilan itu disebut Sanhedrin (Gr) sejak 300 sM. Dalam kasus penyembahan berhala, bunuh-membunuh, tuntut-menuntut dan luka-melukai harus diajukan ke Sanhedrin yang beroperasi ‘di tempat yang ditetapkan Tuhan’ (17:8), yaitu Yerusalem. Perkara besar seperti ini tidak bisa dilakukan pada peradilan yang lebih rendah. Hukuman mati hanya dapat dilakukan sesudah peradilan tinggi dikukuhkan di Yerusalem.

             Keputusan Sanhedrin bersifat final. (17:10-11) Torah memberi kewenangan kepada Sanhedrin untuk ‘mengikat dan melepaskan’ dalam tataran bangsa yaitu ‘melarang dan mengizinkan’. Ini berarti Sanhedrin diberi otoritas untuk memberi tafsir terhadap Torah dan menyatakan bagaimana cara menerapkannya.

         Kaum Mesianik baik Yehudi maupun bangsa-bangsa mempunyai loyalitas kepada Yeshua Hamashiakh. Dialah otoritas tertinggi. Namun otoritasnya tidak harus dipertentangkan dengan pendelegasian wewenang yang diberikan kepada Sanhedrin. 

        Yeshua menghargai ajaran kaum Farisi  dengan mengatakan mereka menduduki ‘kursi Moshe’ (Mat 23:2-3). Demikian juga semua rasul murid Yeshua tetap loyal kepada keputusan Sanhedrin. Namun dalam hal mereka berlawanan dengan ajaran Yeshua, maka para murid  Yeshua memilih ajaran Yeshua dan para rasulNya.

        Sumber otoritas para rasul berasal dari ucapan Yeshua kepada Simon Kefa, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:19). Dengan ucapan ini Ia memberi kewenangan yang sah kepada murid-murid untuk memberlakukan atau membebaskan suatu peraturan  atau pengajaran secara resmi. Ini termasuk penafsiran Torah, menetapkan halakha dan membuat keputusan hukum (legal).

        Orang percaya bangsa-bangsa tunduk pada ajaran Yeshua dan  para rasulNya. Sementara para rasul hormat juga pada keputusan  Sanhedrin. Jadi orang percaya bangsa-bangsa juga hormat pada keputusan Sanhedrin. Misal, bangsa-bangsa yang mau melakukan Shabbat maka mereka harus melakukakannya sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan Yehudi, tidak mengganti hari dan mengikuti tata cara Shabbat sedekat mungkin apa yang dapat dilakukan. Tidak melakukan sesuka hatinya alias ‘semau gue.’ Pasang mezuzah, memakai tefilin harus sesuai dengan tradisi yang berlaku. Mengucapkan Shema, berdoa Amidah dilakukan sesuai irama dan dalam sikap berdiri. Tidak memakai tallit tanpa kippah. Memakan Seder Pesakh tanpa daging domba sesuai Torah dan halakha. Demikan juga dalam hal penyebutan nama Tetragrammaton sebagai Hashem dan Adonai, kita pun mengikuti Sanhedrin yang diteruskan oleh para rabbi Yahudi  berdasarkan Ulangan 17:11, “Jangan kamu menyimpang ke kanan atau ke kiri dari keputusan yang diberikan mereka kepadamu.”

                                                             ELUL, BULAN PERTOBATAN

Sesudah anak lembu emas dihancurkan (trad. 18 Tammuz, Kel 32:20-35), Moshe naik ke Sinai lagi dalam periode 40 hari kedua.  Ia turun pada 29 bulan Av untuk membuat pahatan 2 log batu yang baru (Kel 34:4). Ia naik lagi ke Sinai pada tanggal 1 Elul dengan membawa pahatan 2 log batu yang baru dibuatnya  itu, kali ini bukan disediakan oleh Elohim seperti yang pertama (Kel 33 :18 - 34 :28). Moshe turun dari Sinai dengan 2 log batu yang sudah ditulisi 10 Firman oleh Elohim pada hari raya Yom Kippur (10 Tishrei) pada akhir 40 hari ketiga di Sinai (Kel 34:29).

 

           Kita melihat ketika Moshe naik ke Sinai pada 1 Elul untuk  periode 40 hari ketiga, umat Israel masih ada dalam keadaan belum berdamai dengan Elohim karena dosa penyembahan anak lembu emas. Momen ini diperingati tiap tahun dengan  memeriksa diri (introspeksi) dalam  suasana pertobatan selama 40 hari sampai dengan Yom Kippur. Pada hari itulah sesudah Adonai Elohim memberi pengampunan kepada Israel dan memulihkan kembali perjanjianNya dengan memberi 2 log batu yang sudah ditulisi ulang dengan Asara  haDevarot (10 Firman).

         Mengingat hal ini mulai 1 Elul, di Israel diserukan pertobatan bagi seluruh bangsa.  Karena itu, ketika  Yohanes Pembaptis menyerukan, “Bertobatlah kamu karena kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat 3:2), maka waktu yang paling tepat untuk berita ini adalah bulan Elul, saat pertobatan diserukan di seluruh Israel.

        Pertobatan dipahami oleh orang Yehudi perlu dilakukan tiap hari, namun hal ini tak menghalangi untuk menetapkan 40 hari pertobatan (1 bulan ditambah 10 hari) yang dijalani setiap tahun. Hal ini disebabkan karena ada kemungkinan dosa yang terlewat dalam pengakuan harian seseorang.

         Apa yang dilakukan seorang percaya (Yehudi dan bangsa-bangsa) dalam bulan pertobatan Elul? Tiap orang perlu memahami bahwa ia perlu melakukan kehendak Tuhan dan kehendak Tuhan ada dalam perintah-perintahNya.  Tiap orang dapat merenungkan perjalanan hidupnya dalam hubungan dengan perintah-perintah Tuhan. Untuk membantu, kita dapat membuat beberapa daftar berikut :

1.Daftar perintah-perintah Tuhan yang belum kita lakukan. Ini tentu memerlukan pengetahuan apa saja yang Tuhan perintahkan. Lalu, mana dari perintah-perintah tersebut yang belum kita lakukan. Apakah saya sudah melakukan Erev Shabbat dalam keluarga kita? Apakah saya sudah beribadah Shabbat? Apakah saya sudah bersyukur dengan Birkat Hamazon? Sudahkan saya memberi tzedakah?

2.Daftar Perintah-perintah Tuhan yang sudah saya langgar. Apakah saya makan non kosher? Apakah saya melakukan lashon hara (lidah jahat)? Apakah saya memandang rendah orang lain? Apakah saya iri kepada keberadaan orang lain?

3.Apa langkah perbaikan yang saya harus lakukan unutk mengatasi kelemahan? Akui adanya masalah dalam hidup kita (sifat egois, kemalasan, kesombongan, kasar dll). Mohon kekuatan Tuhan memlalui Ruakh Hakodesh untuk memecahkah klipah (Ibr) alias ‘cangkang keras’ alias ‘kedagingan’  yang menghalangi roh kita mentaati perintah Tuhan.

        Kita juga dapat membuat neraca perasaan antara kekecewaan dan ucapan syukur. Apakah kita kecewa kepada Tuhan karena ada harapan yang tak terpenuhi?  Apakah kita juga bersyukur kepada Tuhan untuk pemeliharaanNya? Apakah kita kecewa kepada diri kita sendiri? Apakah kita bersyukur untuk pencapaian yang kita dapatkan yang tentunya tak terlepas dari pertolongan Tuhan?  Ini dapat kita bawa kepada Tuhan dalam doa dengan kerendahan hari untuk mencari kehendakNya bagi diri kita.

 

Tanggal : 2019-09-08 || Sub Judul : Peraturan Torah : Untuk Hidup di Bumi dan Dunia Mendatang

Parasha  Ki Tetze - Bila Kau Pergi
(Ulangan 21:10—25:19)

Peraturan Torah : Untuk Hidup di Bumi dan Dunia Mendatang

               Parasha Ki Tetze berisikan berbagai peraturan dalam berbagai bidang kehidupan di bumi seperti a.l. : hukum tawanan perang, hukum waris, hukum menolong orang, hukum anak durhaka, hukum pernikahan dan kesenjangan pernikahan,  hukum kemurnian ritual, hukum pinjam-meminjam, hukum bahan baju campuran, perintah terkait sarang burung (isu lingkungan).

               Namun dari peraturan-peraturan hidup di bumi tersebut, kita dapat menemukan prinsip-prinsip bagi kehidupan di dunia mendatang (olam haba). Misalnya hukum waris, anak sulung yang mendapat dua bagian dari warisan. Pemahaman anak sulung secara harfiah adalah anak yang pertama lahir dalam pernikahan seseorang. Namun anak sulung (bekhori) juga mempunyai arti kiasan sebagai  gelar bagi Mesias Israel.  Di abad pertama, Rab Shaul menulis kepada Kehilat Kolose dengan menyebut Mesias sebagai ‘ yang sulung’ (Kol 1:15). Ide ini memang hidup di lingkungan Israel seperti  dalam Midrash Rabbah yang ditulis abad 5.  “Sama seperti Israel adalah anak sulungKu ( Kel 4:22), demikian Aku akan menunjuk Raja Mesias sebagai anak sulung” (Exodus Rabbah 19:7).

 

Kesenjangan dalam Pernikahan (22:13-19)

                Torah memandang ikatan pernikahan sebagai kudus. Berdasarkan ayat ini (20:13)  diturunkan perintah bahwa untuk mengambil seorang perempuan menjadi isteri, laki-laki itu harus menikahinya lebih dulu (P213). Mishnah menyatakan, ”seorang isteri didapat melalui... membayar mahar, melalui dokumen tertulis (ketubah) dan melalui hubungan seksual (m Kiddushin 1:1). Hubungan seksual  diletakkan dalam urutan ketiga sesudah  membayar mahar dan mendapatkan ketubah. Hukum pernikahan ini kemudian diikuti oleh gereja Kristen.

                Torah juga menulis kesenjangan dalam pernikahan dengan kasus suami mencurigai isteri yang dinikahinya sudah tidak perawan lagi (22:1). Torah menjelaskan keluarga isteri dapat membantah dengan disertai  bukti di depan sidang peradilan komunitas umat (beit din). Bila bukti itu tak terbantahkan maka suami yang ingin merusak nama baik isterinya harus membayar denda 100 syikal perak kepada ayah perempuan itu. Selanjutnya Torah melarang laki-laki itu menceraikan isterinya. Perempuan itu harus menjadi tanggunganjawabnya seumur hidupnya.

               Hukum kesenjangan pernikahan ini berlaku bagi bangsa-bangsa yang takut akan Tuhan di mana mereka berada. Kesenjangan atau perselisihan keluarga perlu dibawa kepada otoritas Jemaat dan bukan ke pengadilan umum (PN). Rasul Paulus sudah melihat gejala kecenderungan orang percaya bangsa-bangsa untuk mencari penyelesaian urusan pernikahan, perselisihan kerja ke pengadilan negara Romawi yang pagan.

               Di abad pertama  Rav Shaul sesudah mendirikan jemaat di berbagai kota di Asia Kecil mengukuhkan Penilik/Gembala dan Penatua masing-masing jemaat.  Gembala dan Penatua dikukuhkan dalam kapasitas sebagai hakim dan pemimpin dari komunitas orang percaya agar perkara perselisihan yang ada dalam jemaat dapat diselesaikan dalam jemaat sendiri dan bukan dibawa ke pengadilan Romawi.

            Rav Shaul menegur jemaat Korintus karena jemaat mencari penyelesaian perselisihan di pengadilan Romawi. Ia bertanya apakah tidak ada orang dalam jemaat yang mempunyai hikmat untuk menyelesaikan perkara dalam jemaat yang berakibat  untuk perkara kecil sekali pun anggota  jemaat terpaksa mencari keadilan kepada orang-orang yang tidaka benar (I Kor 6:1-6).

 

               Pada abad pertama, membawa perkara keluar kepada pengadilan Romawi dipandang janggal alias taboo di lingkungan Yehudim. Hari ini kita melihat orang percaya terlalu gampang masuk keluar pengadilan negeri.

 

Perselisihan kasih (ezer kenegdo  - Kej 2:18).

Banyak pasangan memimpikan perkawinan yang indah dan menjadi keluarga yang berbahagia. Sehingga tiap pasangan memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap pasangannya. Namun ketika ekspektasi itu tidak terpenuhi, mereka kecewa dan berpikir mereka tidak mungkin mewujudkan pernikahan yang ideal dan berpikir untuk berpisah. Mengapa demikian? Karena sejak kecil sudah ditanamkan dongeng Cinderela bahwa sesudah pesta pernikahan mereka akan  live happily ever after, hidup bahagia seterusnya.

               Padahal secara realita, sesudah pesta nikah keluarga yang sehat pun ada kalanya  muncul perbedaan, perpecahan dan konflik. Pertanyaannya bukankah Tuhan memberikan isteri keada suami sebagai penolong yang sepadan (Kej 2:18)?

ADONAI Elohim berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan baginya penolong (ezer) yang sepadan (kenegdo , berhadapan) dengan dia." (Kej 2:18)

               Ezer kenegdo dalam bahasa Ibrani berarti ‘penolong yang berhadapan’. Ini menunjukkan bahwa di dalam kasih antara suami isteri dapat terjadi ‘perbedaan’ atau semacam perselisihan; sehingga suami dan isteri seakan saling berhadapan satu sama lain. Dalam kasih ternyata ada juga argumen! Ini disebut ‘perselisihan kasih’ (love-fight).

        Bagaimana  mengatasi perselisihan kasih?  Ayith Fernando “Aku dan seisi Rumahku” menulis  beberapa hal :

1) Bersikap jujur dan tulus

2) Menjadi marah tetapi tidak berdosa, baik dengan kata2 maupun tindakan fisik

3) Jangan simpan marah sampai matahari terbenam, cepat kuasai diri lagi

4) Jangan memberi kesempatan pada Iblis lewat gengsi. Jangan terhalang untuk minta maaf karena setiap orang dapat salah.

                Dalam bulan pertobatan dan pengampunan Elul (ani le dodi ve dodi li – aku milik kekasihku dan kekasihku milikku) sampai Yom Kippur, mari kita memeriksa diri kita masing-masing, baik sikap, ucapan, tindakan lalu berdamai antar suami dan isteri, antar sesama anggota Jemaat dan dalam masyarakat. Sebagai ilustrasi, ketika sang Raja ada di taman dan kita datang mohon belas kasihanNya maka kitapun akan mendapat perkenanNya.

 

 

Tanggal : 2019-09-15 || Sub Judul : Persembahan Sulung dan Perpuluhan : Suatu Areivut (tanggungjawab bersama) dalam Sukacita

Parasha  KI TAVO - saat kau DATANG”
(Ulangan 26:1-29:8)

 

Persembahan Sulung dan Perpuluhan :

Suatu Areivut (tanggungjawab bersama) dalam Sukacita

 

      Adonai Elohim menjanjikan Abraham bahwa keturunannya akan mendapat tanah perjanjian Kanaan kepada mereka (Kej 12:6-7). Sesudah Israel menjadi budak di Mesir selama 400 tahun lamanya (Kej 15:13-14), Tuhan tetap mengingat janjiNya dan membawa mereka keluar  melalui padang gurun memasuki tanah perjanjian.

       Parasha ini menjelaskan apa yang harus dilakukan ketika mereka memasuk Tanah Perjanjian yang  segera dilaksanakan  sesudah menunggu lebih dari 700 tahun sejak dijanjikan (2000 sM sampai 1300 sM). HAL PERTAMA yang dilakukan adalah memberikan hasil pertama tanah itu kepada TUHAN dari hati yang bersyukur. Firman Elohim kepada Israel “ Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan TUHAN, Elohimmu, kepadamu menjadi milik pusakamu...” (26:1), jelas menegaskan bahwa Tuhan lebih dahulu memberi kepada umatNya. Umat hanya menerima , mengolahnya untuk mendapat hasilnya.

         Sesudah mendapat hasilnya, maka barulah Elohim berfirman untuk, “ haruslah engkau membawa hasil pertama (Ibr reshit) dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Elohimmu, dan haruslah engkau menaruhnya dalam bakul, kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Elohimmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana (26:2). Jelas juga bahwa persembahan sulung yang diperintahkan merupakan respon balik dari umat yang telah menerima berkat dari Tuhan lebih dulu. Adonai Elohim sudah memberkati lebih dulu sebelum umat memberi persembahan. 

Persembahan Sulung  : Apa yang dimaksud  dengan hasil pertama (reshit; bikkurim) di sini? Hasil pertama  yang dimaksud di sini adalah  hasil yang pertama matang. Ketika seorang melihat buah aranya masak, maka ia mengikatkanya dengan pita dan berkata, Inilah  bikkurim-ku (Rashi). Bikkurim tidak diambil dari semua  tanaman, hanya dari tujuh tanaman unggulan yaitu gandum, jelai, anggur, ara, delima, kurma, zaitun (Ul 8:8).

         Berapa jumlahnya?  Hanya sekitar 2-3 % saja. Hanya dua buah anggur dari 100 anggur yang didapat. Jumlah ini tidak besar, bahkan sedikit  sebenarnya. Tetapi ini penting untuk menunjukkan bahwa umat yang sudah diberkati bersyukur  kepada Sumber Berkatnya dan  tidak melupakan Dia.  Persembahan ini disebut juga T’rumah Gedolah (Ul 18:4). Bagi umat Israel, suatu hasil yang belum diambil t’erumah gedolahnya disebut demai. Demai tidak akan disentuh sebelum  dipastikan sudah diambil t’rumah gedolahnya. Ini mengajarkan suatu prinsip, mendahulukan Tuhan! God first!

         Bagaimana prosedurnya? Pembawa harus membawa kepada Imam (26:3). Tindakan ini menunjukkan hubungan spesial antara umat dengan imam dan TUHAN. Sesudah diterima oleh imam (26:4), pembawa akan mengucapkan, “Seorang Aramaik mencoba menghancurkan bapak leluhur kami (Ibr Arami oved avi). Dia turun ke Mesir dan mengembara di sana, sedikit jumlahnya dan ia menjadi bangsa yang besar, kuat dan banyak” (26:5 RASHI). Siapa orang Aram yang dimaksud? Laban yang ingin membinasakan Yaakov (Kej 31:29). Yaakov  kemudian pergi ke Mesir dan menjadi bangsa yang besar dan kuat. Kalau pun ada tafsir yang mengaitkan Yaakov dengan orang Aram, maka itu harus dipahami bahwa Yaakov tinggal di Aram selama 20 tahun (Ibn Ezra). Banyak teolog helenis memakai frasa ini untuk menyatakan bahwa sama seperti Yaakov adalah orang Aram, maka Abraham pun demikian. Torah jelas menyatakan bahwa Abraham adalah orang Ibrani yaitu  keturunan Eber (Kej 10:24; 14:13) yang berbahasa Ibrani.

     Persembahan sulung ini dibawa dalam suasana sukacita karena hal yang baik yang diberikan TUHAN kepada umatNya (26:11). Suasana sukacita itu perlu dirasakan oleh semua kalangan seperti Lewi, orang pendatang, anak yatim dan para janda dengan makan sampai kenyang (26:12).

     Apakah yang dilakukan sekarang oleh orang Yehudim tanpa Bait Suci merupakan pelaksanaan perintah yang akurat? Belum, statusnya sebagai pengingat (commemoration) akan perintah Tuhan. Dalam sejarah, kita melihat  Tuhan memberkati umat yang ingat dan melakukan perintahNya karena Elohim menghargai  orang yang mencintai Perintah Sang Raja.

        Apakah yang kita lakukan di Indonesia persis seperti di Israel? Tidak persis, mendekati saja untuk selalu mengingat Tuhan dan bersyukur pada Sumber berkat. Apakah kita pernah lupa? Bisa jadi. Tetapi ketika kita diingatkan, kita lakukan dengan cinta kepada PerintahNya.

          HAL KEDUA yang diperintahkan sesudah masuk Tanah Perjanjian adalah memelihara perjanjian Areivut (tanggung jawab bersama, mutual responsibility) yaitu antara umat dengan Tuhan dan juga antar sesama umat.  Wujud nyata dari areivut ini adalah ketentuan perpuluhan pertama (maaser rishon), perpuluhan kedua (maaser sheni) dan maaser ani (perpuluhan orang miskin).

 Perpuluhan pertama : Ini di berikan kepada orang Lewi yang tidak mendapat bagian tanah (Bil 18:24). Kemudian kaum Lewi juga memberi persepuluhan kepada para imam (Bil 18:28). Jadi imam menerima 1 persen dari persembahan umat Israel.

 Perpuluhan kedua (26:12) – (hitungan 1/10 x (100-10)% = 9%).

Perpuluhan kedua (maaser sheni)  dibawa pada hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN terutama kelompok hari raya seperti Pondok Daun (Sukkot). Perpuluhan kedua ini dinikmati oleh orang/keluarga yang membawanya beserta orang Lewi, janda dan yatim piatu (26:12).   Pada zaman biblikal, perpuluhan kedua (maaser sheni) diberikan pada tahun pertama, kedua,  keempat dan kelima dalam siklus tahun Shabbat dengan membawanya ke Yerusalem.  Pada tahun ketiga dan keenam, perpuluhan kedua diberikan kepada orang miskin dan yang memerlukan yang dapat dimakan di segala tempat (maaser ani). Tahun ketujuh tanah diistirahatkan, tak ada kegiatan cocok tanam dan tak ada perpuluhan. Di lndonesia, anggota GKMI memberi ini pada bulan hari raya.

Perpuluhan orang miskin (maaser ani)  - bagian dari perpuluhan kedua. Perpuluhan ini menunjukkan perhatian Adonai kepada orang miskin (15:7-8). Mengeluarkan uang hanya untuk kenikmatan kita sendiri dapat terkesan hanya melayani diri sendiri. Adonai mengetahui hal ini, karena itu dalam perpuluhan kedua pada gilirannya diberikan kepada orang miskin. Perpuluhan orang untuk janda dan yatim piatu dan orang yang memerlukan ini dalam pelaksanaanna juga diberikan pada hari raya agar mereka dapat merayakan  hari raya TUHAN dengan bersukacita sesuai yang diperintahkan Adonai (Ul 16:14). Anak yatim piatu, kaum disabiltas (tunanetra, tunarungu) dan lainnya perlu diajak menikmati sukacita hari raya Sukkot dan hari-hari raya TUHAN lainnya!

     Persembahan sulung ini dibawa dalam suasana sukacita karena hal yang baik yang diberikan TUHAN kepada umatNya (26:11). Suasana sukacita itu perlu dirasakan oleh semua kalangan seperti Lewi, orang pendatang, anak yatim dan para janda dengan makan sampai kenyang (26:12).

     Apakah yang dilakukan sekarang oleh orang Yehudim tanpa Bait Suci merupakan pelaksanaan perintah yang akurat? Belum, statusnya sebagai pengingat (commemoration) akan perintah Tuhan. Dalam sejarah, kita melihat  Tuhan memberkati umat yang ingat dan melakukan perintahNya karena Elohim menghargai  orang yang mencintai Perintah Sang Raja.

        Apakah yang kita lakukan di Indonesia persis seperti di Israel? Tidak persis, mendekati saja untuk selalu mengingat Tuhan dan bersyukur pada Sumber berkat. Apakah kita pernah lupa? Bisa jadi. Tetapi ketika kita diingatkan, kita lakukan dengan cinta kepada PerintahNya.

          HAL KEDUA yang diperintahkan sesudah masuk Tanah Perjanjian adalah memelihara perjanjian Areivut (tanggung jawab bersama, mutual responsibility) yaitu antara umat dengan Tuhan dan juga antar sesama umat.  Wujud nyata dari areivut ini adalah ketentuan perpuluhan pertama (maaser rishon), perpuluhan kedua (maaser sheni) dan maaser ani (perpuluhan orang miskin).

 Perpuluhan pertama : Ini di berikan kepada orang Lewi yang tidak mendapat bagian tanah (Bil 18:24). Kemudian kaum Lewi juga memberi persepuluhan kepada para imam (Bil 18:28). Jadi imam menerima 1 persen dari persembahan umat Israel.

 Perpuluhan kedua (26:12) – (hitungan 1/10 x (100-10)% = 9%).

Perpuluhan kedua (maaser sheni)  dibawa pada hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN terutama kelompok hari raya seperti Pondok Daun (Sukkot). Perpuluhan kedua ini dinikmati oleh orang/keluarga yang membawanya beserta orang Lewi, janda dan yatim piatu (26:12).   Pada zaman biblikal, perpuluhan kedua (maaser sheni) diberikan pada tahun pertama, kedua,  keempat dan kelima dalam siklus tahun Shabbat dengan membawanya ke Yerusalem.  Pada tahun ketiga dan keenam, perpuluhan kedua diberikan kepada orang miskin dan yang memerlukan yang dapat dimakan di segala tempat (maaser ani). Tahun ketujuh tanah diistirahatkan, tak ada kegiatan cocok tanam dan tak ada perpuluhan. Di lndonesia, anggota GKMI memberi ini pada bulan hari raya.

Perpuluhan orang miskin (maaser ani)  - bagian dari perpuluhan kedua. Perpuluhan ini menunjukkan perhatian Adonai kepada orang miskin (15:7-8). Mengeluarkan uang hanya untuk kenikmatan kita sendiri dapat terkesan hanya melayani diri sendiri. Adonai mengetahui hal ini, karena itu dalam perpuluhan kedua pada gilirannya diberikan kepada orang miskin. Perpuluhan orang untuk janda dan yatim piatu dan orang yang memerlukan ini dalam pelaksanaanna juga diberikan pada hari raya agar mereka dapat merayakan  hari raya TUHAN dengan bersukacita sesuai yang diperintahkan Adonai (Ul 16:14). Anak yatim piatu, kaum disabiltas (tunanetra, tunarungu) dan lainnya perlu diajak menikmati sukacita hari raya Sukkot dan hari-hari raya TUHAN lainnya!

 

 

Tanggal : 2019-09-29 || Sub Judul :

Tanggal : 2019-09-29 || Sub Judul :

Gereja Kehilat Mesianik Indonesia

00094999

Pengunjung hari ini 61
Total pengunjung 94999
Hits hari ini 144
Pengunjung Online 1

Tentang Kami

WebSite ini dibuat sebagai wujud dari ketaatan iman, sebuah respon terhadap Seruan Mesianik atau yang lebih dikenal sebagai Amanat Agung (Matius 28: 19-20).

Kami Mengajak Anda untuk bersama sama Kami belajar pengenalan akan mesias Yeshua Secara utuh dan lengkap sampai kedatangan mesias yang kedua kalinya. Hidup Kita diberkati dan nama Tuhan dimuliakan sampai ke ujung-ujung bumi.

Blog

Alamat

Plaza Pasifik Blok A1 No 1 lantai 4,
Jl. Raya Boulevard Barat (samping MOI Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Komplek Bumi Bintaro Permai
Jalan Bintaro Puspita IIC Blok D7-8, Kel. Pesanggrahan, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

+628129912430 (WA)

informasi@gemamesianik.org